tag:blogger.com,1999:blog-43959763243042854452023-11-15T23:31:27.676-08:00Cinta IlahiThoyo al-atsarihttp://www.blogger.com/profile/16874768367549046423noreply@blogger.comBlogger14125tag:blogger.com,1999:blog-4395976324304285445.post-85414800577922174062011-07-10T01:26:00.000-07:002011-07-10T01:26:23.547-07:005 perbedaan cinta dan nafsu<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> <br />
<h3><a href="http://www.berpuisi.tk/2009/11/ini-dia-5-perbedaan-cinta-dan-nafsu.html">5 Perbedaan cinta dan nafsu</a> </h3>Ini dia 5 <b><u>Perbedaan cinta dan nafsu</u></b>. Cara mudah membedakan cinta dan nafsu agar tidak terkecoh. Sering sekali kita mendengar ada orang bertanya "apa perbedaan antara cinta dan nafsu?". "Bagaimana membedakan antara cinta dan nafsu?'. atau yang lebih parah "cinta dan nafsu itu sama nggak sih?"<br />
Bagi sebagian orang, mereka mengatakan cinta dan nafsu itu sama saja. Tapi tidak menurut saya. Buat saya pribadi cinta dan nafsu jelas dua hal yang berbeda. Meski perbedaannya sangat tipis, mungkin itu yang membuat orang sering terkecoh, tidak bisa membedakan mana nafsu, mana cinta..?<br />
<br />
Lalu apa sebenarnya perbedaan antara nafsu dan cinta..?<br />
<br />
<a href="" name="more"></a><span>5 Perbedaan antara cinta dan nafsu<br />
<br />
</span><br />
<b>1. Cinta itu membahagiakan, Nafsu itu membahaykan</b><br />
Cinta yang sebenarnya selalu menunjukkan jalan atau arah menuju kebahagiaan bagi orang-orang yang menjalaninya. Seorang pecinta yang sudah menemukan dan memahami makna cinta sejati dalam dirinya akan berada pada kondisi yang membahagiakan. Sebaliknya, orang-orang yang terkecoh dengan nafsu dan menganggap nafsu adalah cinta akan berada dalam kondisi yang membahayakan. Kita tidak bisa memungkiri, di mana ada kebaikan, di situlah setan menggoda manusia agar terjerumus ke dalam keburukan.<br />
<br />
Cinta dan nafsu seperti dua sisi dari mata uang yang sama. Cinta adalah sisi positif, nafsu adalah sisi negatif dan uang itu adalah hubungan. Seseorang yang mencintai pasangannya dengan sebenar-benarnya cinta akan mengarahkan hubungannya menuju kebahagiaan sejati dengan cara menjaga dan menyayangi pasangannya. Tanpa bermaksud untuk merusak dan menyakiti. Lain halnya dengan orang-orang yang menjalin hubungan dengan landasan nafsu, mereka akan membawa hubungannya kearah kebahagiaan yang semu dan hanya berorientasi pada fisik, dalam hal ini sex. Yang justru akan menjerumuskan mereka ke dalam situasi yang membahayakan.<br />
<br />
Coba deh, kita meluangkan waktu untuk berfikir sejenak. Apakah hubungan yang sedang kita jalani dengan pasangan sekarang ini berorientasi pada kebahagiaan sejati atau hanya kebahagiaan duniawi yang semu..? Hanya kamu yang tahu jawabannya.<br />
<br />
<b>2. Cinta bikin kita ketawa, Nafsu bikin kita kecewa</b><br />
Kalau diibaratkan hubungan seperti sawah, maka cinta adalah padi dan nafsu adalah rumput liar. Nah, ketika ketika seseorang menanam padi (cinta) di sawah (hubungan) maka secara otomatis akan tumbuh juga rumput liiar (nafsu). Kalau orang itu sudah mengetahui dan memahami apa itu padi (apa itu cinta), maka dia akan segera memangkas rumput liar itu (nafsu) yang tumbuh di sawahnya (hubungan). Ketika tiba masa panen, orang ini akan menuai hasil sawahnya (hubungan) yang ditanami padi (cinta) itu tadi berupa buah padi (kebahagiaan). Lain dengan orang-orang yang terkecoh yang menyangka rumput liar (nafsu) sebagai padi (cinta). Mereka akan memelihara rumput liar (nafsu) dan tanaman padinya (cinta) akan mati. Pada saat panen, tentu yang mereka dapat hanyalah sekarung rumput liar (nafsu) yang tidak enak dimakan (kekecewaan).<br />
<br />
Di sinilah kita perlu brtanya kepada hati kita sendiri, apakah hubungan yang kita jalani dengan pasangan sudah bisa membuat kita ketawa atau hanya serangkaian kekecewaan yang kita dapat..? Kalau yang kita dapat hanya kecewa dan kecewa, ada baiknya untuk kita mengkaji ulang, apakah apakah hubungan yang kita jalani berlandaskan cinta atau nafsu..?<br />
<br />
<b>3. Cinta selalu ingin memberi, Nafsu hanya ingin diberi</b><br />
Saya rasa maksud dari poin ketiga ini sudah jelas. Cinta adalah memberi. Ketika seseorang menjalin hubungan atas dasar cinta maka hal pertama yang dilakukannya adalah memberikan yang terbaik kepada pasangannya, bukan ingin diberi. Logikanya, kalau kita dan pasangan sama-sama ingin memberi (kita ingin memberi kepada pasangan dan pasangan ingin memberi kepada kita) secara otomatis keduanya akan menerima. Tapi kalau kita dan pasangannya inginnya diberi (pasangan ingin diberi dan kita juga ingin diberi) lalu siapa yang akan memberi..? Pada akhirnya yang terjadi justru tidak ada yang akan diberi karena tidak ada yang ingin memberi. Coba dipikirkan lagi..!<br />
<br />
<b>4. Cinta ingin menyayangi, Nafsu ingin menggerayangi</b><br />
Hayo...!!!!<br />
Bagaimana cara kamu memperlakukan pasanganmu?<br />
Dan bagaimana cara pasanganmu memperlakukan kamu?<br />
Ini adalah cara termudah untuk membedakan mana cinta, mana nafsu..?<br />
<br />
Landasan seseorang dalam menjalin hubungan akan sangat menentukan pada bagaimana cara orang tersebut memperlakukan pasangannya. Orang yang menjalin hubungan dengan landasan cinta akan senantiasa memperlakukan pasangannya dengan cara-cara yang baik. Menjaga, menyayangi, memperhatikan dan selalu memberikan yang terbaik. Sebaliknya orang orang yang menjalin hubungan karena nafsu cenderung memperlakukan pasangan ke arah fisik. Setiap kali bertemu, inginnya menciumi dan diciumi, setiap kali berdua inginnya dipeluk dan memeluk, digerayangi dan menggerayangi, dan yang lebih parah lagi kalau sampai kearah hubungan sex. Waaaah..., bahaya, bahaya...!!!<br />
<b><br />
5. Cinta yang terbaik, Nafsu yang terbalik</b> <br />
Cinta selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik, berusaha memberikan yang terbaik untuk pasangan dan selalu memperlakukan pasangan dengan cara-cara yang baik. Bagaimana dengan nafsu..? Sebaliknya, nafsu<br />
<br />
Nah, semoga bahasan diatas bisa memberi kita sedikit gambaran mengenai selalu ingin diberi dan cenderung memperlakukan pasangan ke arah yang menyesatkan. <b><u>perbedaan antara nafsu dan cinta</u></b>. Sehingga kita semua tidak terjerumus kedalam hubungan yang penuh nafsu. <br />
<div class="MsoNormal"><br />
</div>Thoyo al-atsarihttp://www.blogger.com/profile/16874768367549046423noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4395976324304285445.post-61338493347135445802011-06-18T02:21:00.001-07:002011-06-18T02:21:22.885-07:00BERKAITAN DENGAN AKHWATBERKAITAN DENGAN AKHWAT<br />
<br />
Sebagian ulama berpendapat bahwa wajah dan telapak tangan adalah aurat yang wajib ditutup, dalilnya antara lain :<br />
"Tetaplah kalian di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyyah yang dahulu." (QS Al Ahzab 33). <br />
"Wanita itu adalah aurat jika mereka keluar syaithan akan menghiasinya." (Dishahihkan Syaikh Albani dalam Shahih At Tarmidzi 1173 (Ibnu Khuzaimah 3/95, Ath Thabrani 10115) dan Syaikh Muqbil dalam Ash Shahihul Musnad 2/36). <br />
Dan makna syaithan menghiasinya yaitu "pada pandangan laki-laki."<br />
Firman Alloh : "Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin : "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Alloh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS Al Ahzab : 59). Berkata As Syuyuthi rahimahullah : "Ayat hijab ini berlaku bagi seluruh wanita, di dalam ayat ini terdapat dalil kewajiban menutup kepala dan wajah bagi wanita." (Lihat Hirasatul Fadhilah, hal 51 karya Asy Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid rahimahulloh). <br />
Isteri Nabi yang mulia dan Aisyah ra dan para para wanita di zamannya juga menggunakan cadar, sebagaimana penuturan Aisyah ra berikut : "Para pengendara (laki-laki) melewati kami, di saat kami (para wanita) berihram bersama-sama Rasululloh. Maka jika mereka telah dekat kepada kami, salah seorang diantara kami menurunkan jilbabnya dari kepalanya sampai menutupi wajahnya. Jika mereka telah melewati kami, maka kami membuka wajah (dalam rangka berihram)." (HR Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah dan lain-lain). <br />
<br />
Sebagian ulama yang membolehkan, dalilnya antara lain :<br />
"Wahai Asma, sesungguhnya wanita itu jika sudah usia haidh/menstruasi maka tidak pantas untuk terlihat kecuali ini dan ini-beliau mengisyaratkan kepada wajah dan telapak tangan (HR Abu Daud 4104). Dan ini adalah dalil yang paling tegas dari pendapat ini tetapi sanadnya sangat lemah. <br />
(Dari kitab Shahih Fiqhus Sunnah jilid 3 hal. 29-30, karya Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim dari Majalah Salafy Edisi 07/Thn 05) dan sumber lainnya). <br />
<br />
Syaikh Ubaid Al Jabiri diberi pertanyaan : Apakah boleh melihat foto wanita sebelum dinikahi ? Beliau menjawab : "Foto hukumnya haram. Gambar makhluk yang bernyawa diharamkan. Apa yang terjadi pada kaum muslimin hari ini di mana calon pengantin yang laki-laki dan yang perempuan saling tukaran foto satu sama lain merupakan taqlid buta terhadap kebudayaan barat.<br />
Jadi hendaknya dia melihat calonnya langsung melalui wali sang perempuan-jika dia ingin melamar akhwat tersebut. Hanya melalui tata cara inilah bisa melihat sang wanita dan sebaliknya. Na'am. <br />
(Diterjemahkan untuk http://ulamasunnah.wordpress.com dari http://fatwaislam.com/fis/index.cfm?scn=fd=ID=187).<br />
<br />
Apakah hukumnya kita melihat televisi cuma sekedar melihat berita saja ? Jawab Syaikh Muqbil : "Tidak boleh dikarenakan ada gambarnya, dan dikarenakan pula terjadi di dalamnya dari perbuatan kejahatan dan perbuatan fasik (seperti zina dan pornografi), dan di dalamnya mengajari orang untuk mencuri (banyak tayangan televisi yang menampilkan cara bermaksiat kepada ALLOH, pacaran, zina, peragaan TKP, dst, red), dan Nabi bersabda : "Malaikat tidak akan memasuki suatu rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan gambar (yang bernyawa)." <br />
"Sesunggungguhnya orang yang paling pedih siksanya di Hari Akhir, yang menggambar ini (gambar yang bernyawa)." Begitu pula seorang laki-laki menonton seorang penyiar wanita, dan Alloh berfirman ; "Katakanlah kepada orang-orang laki-laki yahg beriman hendaklah mereka menundukkan pandangannya, dan memelihara kemaluannya yang demikian itu lebih suci bagi mereka." (QS. An Nur : 30).<br />
Atau kalau penyiarnya laki-laki dan yang menonton wanita, Alloh berfirman : "Katakalan kepada wanita yang beriman : "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya."(QS. An Nur : 31). <br />
Lihat Kitab "Tuhfatul Mujib" Pertanyaan dari negara Perancis (soal nomor 10 / halaman 270).<br />
<br />
Siapa saja yang diperbolehkan tayammum ? Yaitu :<br />
1. Seorang yang junub lagi musafir dan tidak mendapatkan air.<br />
2. Bagi seorang junub apabila khawatir udara dingin.<br />
3. Seorang dalam keadaan sakit tidak mampu mempergunakan air, yaitu sakit yang dengan penggunaan air akan dikhawatirkan mendatangkan kebinasaan pada dirinya, anggota tubuhnya, mendatangkan penyakit yang membahayakan jiwanya; atau akan memperlambat kesembuhannya atau menambah parah sakitnya, maka pada keadaan sakit penyakit ini diperbolehkan tayammum dan tidak perlu mengulangi sholat. (Ini pendapat Abu Hanifah, Malik, Ahmad, Daud dan sebagian besar ulama).<br />
4. Musafir yang memiliki sedikit air dan khawatir kehausan dalam perjalanannya.<br />
5. Seorang junub lagi musafir yang tidak mendapatkan air kecuali yang hanya cukup dipergunakan untuk berwudhu'.<br />
(http://al_atsariyyah.com/hukum_hukum_seputar_tayammum.html oleh Abu Muawiyyah).<br />
<br />
Dilarang melakukan jima' dengan wanita yang sudah bersih dari haid akan tetapi dia belum mandi bersih.<br />
Berdasarkan QS. Al Baqaroh 222 "Apabila mereka telah bersuci (mandi bersih), maka campurilah mereka itu ditempat yang diperintahkan Alloh kepada kalian." Maka Alloh memperbolehkan jima' dengan wanita dengan syarat mereka telah bersuci, bukan sekedar berhentinya haid. <br />
(http://al_atsariyyah.com/antara_haid_dan_lelaki.html oleh Abu Muawiyyah).<br />
<br />
Mengenai hukum bermesraan dengan wanita yang haid, ada dua keadaan :<br />
1. Jika bermesraannya di atas pusar dan atau dibawah lutut maka ulama sepakat akan bolehnya.<br />
2. Bermesraan pada bagian antara lutut dan pusar (kecuali pada kemaluan dan dubur), maka yang paling tepat mazhab Al Malikiah, As Syafiiah, dan Imam Ahmad, mereka menyatakan bolehnya melakukan apa saja dengan wanita haid kecuali jima'. dengan syarat kedua kemaluan tidak bertemu.<br />
Walaupun hal ini diperbolehkan, akan tetapi bagi yang mengkhawatirkan dirinya bisa terjatuh melakukan jima' atau perkara haram lainnya (seperti mendatangi dubur), maka hendaknya dia tidak bermesraan dengan isterinya di masa haid. Ini berdasarkan isyarat dari ucapan Aisyah ra. "hanya saja, siapakah diantara kalian mampu menahan hasratnya sebagaimana Rasulullohu shallallahu 'alaihi wassalam menahan." (HR Bukhori 302)<br />
<br />
Tidak boleh menggabungkan antara mandi junub dengan mandi haid, karena kedua jenis mandi ini telah tegak dalil yang menerangkan wajibnya untuk mengerjakan masing-masing darinya secara tersendiri, karenanya tidak boleh disatukan pada satu mandi.<br />
Lihat pembahasan masalah ini dalam Tamamul Minnah hal 126, Al Muhalla (2/42-47).<br />
Adapun mandi junub dengan jum'at boleh digabungkan berdasarkan hadits Aisyah secara marfu'; "Barangsiapa yang mandi pada hari Jum'at maka hendaknya dia mandi dengan cara mandi junub." (HR Ahmad).<br />
<br />
Bercengkerama, berciuman, saling menyentuh dan semisalnya tergolong perbuatan zina, yang akan mengantarkan kepada perbuatan lebih besar. <br />
Oleh karena itu kita harus berlepas diri dari segala sesuatu yang mengakibatkan zina hati dan zina-zina lainnya yang akan mengantarkan kepada perbuatan yang lebih besar...<br />
Kita harus takut dikeluarkan dari golongan Nabi, sesuai sabda Nabi : "Bukan dari golongan kami orang yang merusakkan hubungan seorang wanita dengan suaminya."<br />
Bahwa berbicara antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram pada dasarnya tidak dilarang apabila pembicaraan itu memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh syara'. Seperti pembicaraan yang mengandung kebaikan, menjaga adab-adab kesopanan, tidak menyebabkan fitnah dan tidak berkhalwat. Dalam sejarah kita lihat bahwa isteri-isteri Nabi berbicara dengan para sahabat, ketika menjawab pertanyaan yang mereka ajukan tentang hukum agama. <br />
Akan tetapi, perempuan berbicara kepada laki-laki yang bukan mahram harus ekstra hati-hati jangan sampai (melembutkan suara) yang memberikan rasa ikatan dalam hati sebagaimana Imam Qurtubi menafsirkan kata alkhudu' (tunduk) dalam QS Al Ahzab : 32 dengan arti lainul qaul (melembutkan suara) yang memberikan rasa ikatan dalam hati.<br />
Bahkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam mengatakan bahwa yang paling banyak menjerumuskan manusia ke dalam neraka adalah mulut dan farji (kemaluan). <br />
Beliau bersabda :<br />
(أكثر ما يدخل الناس النار الفم والفرج) رواه الترمذي وابن حبان في صحيحه<br />
"Yang paling banyak menjerumuskan manusia ke-dalam neraka adalah mulut dan kemaluan." (H.R. Turmudzi dan dia berkata hadits ini shahih.)<br />
<br />
Maka pantaslah kalau tentang hal ini Imam Ahmad mengatakan: "Aku tidak tahu ada dosa yang lebih besar setelah membunuh jiwa dari pada zina,”<br />
Dan Ibnu Mas'ud berkata : "Tidaklah muncul riba dan zina pada suatu daerah kecuali Allah akan mengizinkan kehancurannya."<br />
<br />
Maka jelaslah masalah buruknya zina, Allah mengatakan bahwa zina adalah perbuatan keji dan jalan yang sangat buruk, Rasulullah bersabda bahwa zina adalah dosa besar yang banyak menjerumuskan manusia ke dalam neraka, demikian pula para Ulama. Sedangkan akal sehat dan fitrah bisa kita tanyakan pada diri kita sendiri...<br />
<br />
Bagaimana jika istri kita sendiri yang dizinai...?<br />
Atau Ibu kita? atau anak perempuan kita? Atau kakak dan adik perempuan kita?<br />
<br />
Demikianlah cara berfikir yang diajarkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. ketika datang kepadanya seorang pemuda dan berkata:<br />
"Wahai Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. Izinkanlah aku untuk berzina !"<br />
Maka para sahabat segera melarangnya dengan marah.<br />
Kemudian Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. bersabda : "Mendekatlah !" Maka dia mendekat kepadanya. Kemudian bersabda: "Duduklah!" Maka dia duduk. Kemudian Beliau bersabda: "Sukakah kalau itu terjadi pada ibumu ?"<br />
Dia menjawab : "Tidak. Demi Allah, aku sebagai jaminan untukmu."<br />
Beliau bersabda : "Demikian pula manusia seluruhnya tidak suka zina itu terjadi pada ibu-ibu mereka."<br />
Kemudian Beliau bertanya lagi : "Sukakah kalau itu terjadi pada anak perempuanmu?"<br />
Dan pemuda itu menjawab seperti tadi.<br />
Demikianlah selanjutnya Beliau bertanya jika itu terjadi pada saudara perempuannya, bibinya dst. Atau sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya.<br />
<br />
Azab yang paling ringan di Neraka (dinisbatkan azab untuk diterima Abu Thalib paman Rasululloh) yaitu diletakkan biji api neraka di kedua telapak kaki maka mendidihlah isi otak si penghuni neraka. <br />
Bisa kita bayangkan, masyaAlloh...<br />
<br />
"Perkara yang membantu kesabaran, yaitu mengenal tentang dirinya sebagai hamba Alloh. Manusia diciptakan dari sesuatu yang tidak ada, lalu dititipkan nikmat oleh Alloh, sebab itu kalau ada sesuatu musibah mengurangi atau menghabiskan sesuatu yang ada pada dirinya, maka berarti Alloh mengambil milikNya. Maka tidak pantas orang yang dititipi marah apabila dikurangi atau diambil kembali oleh yang punya, yaitu Alloh Subhanahu wa ta'ala.<br />
Contohnya ; kesabaran Ummu Sulaim isteri Abu Tholha ketika anaknya meninggal dunia."Thoyo al-atsarihttp://www.blogger.com/profile/16874768367549046423noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4395976324304285445.post-87673800146855191922011-06-18T02:14:00.001-07:002011-06-18T02:14:21.107-07:00Perkataan Empat (4) Imam Madzhab Dalam Mengikuti Sunnah<h3 class="post-title entry-title"> Perkataan Empat (4) Imam Madzhab Dalam Mengikuti Sunnah </h3><div class="post-header"> </div>Perkataan Empat (4) Imam Madzhab Dalam Mengikuti Sunnah<br />
<br />
Oleh : Al-Imam Al-Muhadits Muhammad Nashiruddin Al-Albani -rahimahullah-<br />
<br />
<br />
Kiranya sangat bermanfaat untuk disajikan di sini sedikit atau sebagian perkataan mereka, dengan harapan, semoga di dalamnya terdapat pelajaran dan peringatan bagi orang yang mengikuti mereka, bahkan bagi orang yang mengikuti selain mereka yang lebih rendah derajatnya dari taqlid buta, dan bagi orang yang berpegang teguh kepada madzab-madzab dan perkataan-perkataan mereka, sebagaimana kalau madzab-madzab dan perkataan-perkataan itu turun dari langit. Allah Subhanahu Wa Taala, berfirman: "Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhan-mu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selainnya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (dari padanya)". (QS. Al-Araf :3)<br />
<br />
I. ABU HANIFAH<br />
Yang pertama-tama diantara mereka adalah Imam Abu Hanifah An-Numan bin Tsabit. Para sahabatnya telah meriwayatkan banyak perkataan dan ungkapan darinya, yang semuanya melahirkan satu kesimpulan, yaitu kewajiban untuk berpegang teguh kepada hadits dan meninggalkan pendapat para imam yang bertentangan dengannya.<br />
1. "Apabila hadits itu shahih, maka hadits itu adalah madzhabku." (Ibnu Abidin di dalam Al-Hasyiyah 1/63)<br />
2. "Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang pada perkataan kami, selagi ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya". (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Intiqau fi Fadha ilits Tsalatsatil Aimmatil FuqahaI, hal. 145)<br />
3. Dalam sebuah riwayat dikatakan: "Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui alasanku untuk memberikan fatwa dengan perkataanku".<br />
4. Di dalam sebuah riwayat ditambahkan: "sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan pada hari ini dan meralatnya di esok hari".<br />
5. "Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab Allah dan kabar Rasulullah salallahu alaihi Wa Sallam, maka tinggalkanlah perkataanku". (Al-Fulani di dalam Al-Iqazh, hal. 50)<br />
<br />
II. MALIK BIN ANAS<br />
Imam Malik berkata:<br />
1. "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang salah dan benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan kitab dan sunnah, ambillah dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab dan sunnah, tinggalkanlah". (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Jami, 2/32)<br />
2. "Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam, kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi Salallhu Alaihi Wasallam". (Ibnu Abdil Hadi di dalam Irsyadus Salik, 1/227)<br />
3. Ibnu Wahab berkata, "Aku mendengar bahwa Malik ditanya tentang menyelang-nyelangi jari di dalam berwudhu, lalu dia berkata, "tidak ada hal itu pada manusia. Dia berkata. Maka aku meninggalkannya hingga manusia berkurang, kemudian aku berkata kepadanya. Kami mempunyai sebuah sunnah di dalam hal itu, maka dia berkata: Apakah itu? Aku berkata: Al-Laits bin Saad dan Ibnu Lahiah dan Amr bin Al-Harits dari Yazid bin Amr Al-Maafiri dari Abi Abdirrahman Al-Habli dari Al Mustaurid bin Syidad Al-Qirasyi telah memberikan hadist kepada<br />
kami, ia berkata, "Aku melihat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam menunjukkan kepadaku dengan kelingkingnya apa yang ada diantara jari-jari kedua kakinya. Maka dia berkata, "sesungguhnya hadist ini adalah Hasan, Aku mendengarnya hanya satu jam. Kemudian aku mendengarnya, setelah itu ditanya, lalu ia memerintahkan untuk menyelang-nyelangi jari-jari. (Mukaddimah Al-Jarhu wat Tadil, karya Ibnu Abi Hatim, hal. 32-33)<br />
<br />
III. ASY-SYAFII<br />
Adapun perkataan-perkataan yang diambil dari Imam Syafii di dalam hal ini lebih banyak dan lebih baik, dan para pengikutnya pun lebih banyak mengamalkannya. Di antaranya:<br />
1. "Tidak ada seorangpun, kecuali dia harus bermadzab dengan Sunnah Rasulullah dan menyendiri dengannya. Walaupun aku mengucapkan satu ucapan dan mengasalkan kepada suatu asal di dalamnya dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam yang bertentangan dengan ucapanku. Maka peganglah sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Inilah ucapanku." (Tarikhu Damsyiq karya Ibnu Asakir, 15/1/3)<br />
2. "Kaum muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya karena untuk mengikuti perkataan seseorang." (Ibnul Qayyim, 2/361, dan Al-Fulani, hal. 68)<br />
3. "Apabila kamu mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, maka berkatalah dengan sunnah rasulullah Salallahu alaihi Wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan." Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam, 3/47/1)<br />
4. "Apabila Hadist itu Shahih, maka dia adalah madzhabku." (An-Nawawi di dalam Al-Majmu, Asy-Syarani, 10/57)<br />
5. "kamu (Imam Ahmad) lebih tahu dari padaku tentang hadist dan orang-orangnya (Rijalu l-Hadits). Apabila hadist itu shahih, maka ajarkanlah ia kepadaku apapun ia adanya, baik ia dari kufah, Bashrah maupun dari Syam, sehingga apabila ia shahih, akan bermadzhab dengannya." ( Al-Khathib di dalam Al-Ihtijaj bisy-SyafiI, 8/1)<br />
6. "Setiap masalah yang didalamnya kabar dari Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam adalah shahih bagi ahli naqli dan bertentangan dengan apa yang aku katakan, maka aku meralatnya di dalam hidupku dan setelah aku mati." (Al-Harawi, 47/1)<br />
7. "Apabila kamu melihat aku mengatakan suatu perkataan, sedangkan hadist Nabi yang bertentangan dengannya shahih, maka ketahuilah, sesungguhnya akalku telah bermadzhab dengannya." (Al-Mutaqa, 234/1 karya Abu Hafash Al-Muaddab)<br />
8. Setiap apa yang aku katakan, sedangkan dari nabi salallahu alaihi wa sallam terdapat hadist shahih yang bertentangan dengan perkataanku, maka hadits nabi adalah lebih utama. Olah karena itu, janganlah kamu mengikutiku." (Aibnu Asakir, 15/9/2)<br />
<br />
IV. AHMAD BIN HAMBAL<br />
Imam Ahmad adalah salah seorang imam yang paling banyak mengumpulkan sunnah dan paling berpegang teguh kepadanya. Sehingga ia membenci penulisan buku-buku yang memuat cabang-cabang (furu) dan pendapat Oleh karena itu ia berkata:<br />
1. "Janganlah engkau mengikuti aku dan jangan pula engkau mengikuti Malik, Syafii, Auzai dan Tsauri, Tapi ambillah dari mana mereka mengambil." (Al-Fulani, 113 dan Ibnul Qayyim di dalam Al-Ilam, 2/302)<br />
2. "Pendapat AuzaI, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan alasan hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar." (Ibnul Abdl Barr di dalam Al-Jami, 2/149)<br />
3. "Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah Salallahu alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia telah berada di tepi kehancuran." (Ibnul Jauzi, 182).<br />
Allah berfirman: "Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya" (An-Nisa:65), dan firman-Nya: "Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih." (An-Nur:63). Al-Hafizh Ibnu Rajab berkata: "Adalah menjadi kewajiban bagi setiap orang yang telah sampai kepadanya perintah Rasulullah Salallahu Alaihi Wa Sallam dan mengetahuinya untuk menerangkannya kepada umat, menasehati mereka dan memerintahkan kepada mereka untuk mengikuti perintahnya. Dan apabila hal itu bertentangan dengan pendapat orang besar diantara umat, maka sesungguhnya perintah Rasulullah salallahu alaihi wa Sallam itu lebih berhak untuk disebarkan dan diikuti dibanding pendapat orang besar manapun yang telah bertentangan dengan perintahnya di dalam sebagian perkara secara salah. Dan dari sini, para sahabat<br />
dan orang-orang setelah mereka telah menolak setiap orang yang menentang sunnah yang sahih, dan barangkali mereka telah berlaku keras dalam penolakan ini. Namun demikian, mereka tidak membencinya, bahkan dia dicintai dan diagungkan di dalam hati mereka. Akan tetapi, Rasulullah Salallahu alaihi wa Sallam adalah lebih dicintai oleh mereka dan perintahnya melebihi setiap makhluk lainnya. Oleh karena itu, apabila perintah rasul itu bertentangan dengan perintah selainnya, maka perintah rasul adalah lebih utama untuk didahulukan dan diikuti. Hal ini tidak dihalang-halangi oleh pengagungan terhadap orang yang bertentangan dengan perintahnya, walaupun orang itu mendapat ampunan. Orang yang bertentangan itu tidak membenci apabila perintahnya itu diingkari apabila memang ternyata perintah Rasulullah itu bertentangan<br />
dengannya. Bagaimana mungkin mereka akan membenci hal itu, sedangkan mereka telah memerintahkan kepada para pengikutnya, dan mereka telah mewajibkan mereka untuk meninggalkan perkataan-perkataan yang bertentangan dengan sunnah."<br />
Demikianlah pernyataan para imam dalam menyuruh orang untuk berpegang teguh pada Hadis dan melarang mengikuti mereka tanpa sikap kritis. Pernyataan mereka itu sudah jelas tidak bisa dibantah dan diputarbalikkan lagi. Mereka mewajibkan berpegang pada semua Hadis yang sahih sekalipun bertentangan dengan sebagian pendapat mereka tersebut dan sikap semacam itu tidak dikatakan menyalahi mazhab mereka dan keluar dari kaedah mereka, bahkan sikap itulah yang disebut mengikuti mereka dan berpegang pada tali yang kuat yang tidak akan putus. Akan tetapi, tidaklah demikian halnya bila seseorang meninggalkan HadisHadis yang sahih kerana dipandang menyalahi pendapat mereka.<br />
Bahkan orang yang berbuat demikian telah durhaka kepada mereka dan menyalahi pendapat-pendapat mereka yang telah dikemukakan di atas. Allah berfirman.<br />
"Demi Tuhanmu, mereka itu tidak dikatakanberiman sehingga mereka menjadikan kamu sebagai hakim dalam menyelesaikan sengketa diantara mereka, kemudian mereka tidak berkeberatan terhadap keputusanmu dan menerimanya dengan sepenuh ketulusan hati". [AnNisa':65]<br />
Allah juga berfirman.<br />
"Orangorang yang menyalahi perintahnya hendaklah takut fitnah akan menerima mereka atau azab yang pedih akan menimpa mereka". [AnNur:63]<br />
Imam Hafizh Ibnu Rajab berkata: "Kewajiban orang yang telah menerima dan<br />
mengetahui perintah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah menyampaikan kepada ummat, menasihati mereka, dan menyuruh mereka untuk mengikutinya sekalipun bertentangan dengan pendapat mayoritas ummat. Perintah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam lebih berhak untuk dimuliakan dan diikuti dibandingkan dengan pendapat tokoh mana pun yang menyalahi perintahnya, yang terkadang<br />
pendapat mereka itu salah. Oleh kerana itulah, para sahabat dan para tabi'in selalu menolak pendapat yang menyalahi Hadis yang sahih dengan penolakan yang keras yang mereka lakukan bukan kerana benci, tetapi kerana rasa hormat. Akan tetapi, rasa hormat mereka kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam jauh lebih tinggi daripada yang lain dan kedudukan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam jauh di atas<br />
makhluk lainnya. Bila perintah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ternyata berlawanan dengan perintah yang lain, perintah beliau lebih utama didahulukan dan diikuti, tanpa sikap merendahkan orang yang berbeda dengan perintah beliau, sekalipun orang itu mendapatkan ampunan dari Allah. Bahkan orang yang mendapat ampunan dari Allah, yang pendapatnya menyalahi perintah Rasuluallah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak merasa benci bila seseorang meninggalkan pendapatnya,<br />
ketika ia mendapati bahawa ketentuan Rasulullah berlawanan dengan pendapatnya. <br />
Komentar AlAlbani:<br />
Bagaimana mereka (para imam) membenci sikap semacam itu, padahal mereka sendiri<br />
menyuruh para pengikutnya untuk berbuat begitu, seperti yang telah disebut keterangannya di atas. Mereka mewajibkan para pengikutnya untuk meninggalkan<br />
pendapat-pendapat mereka, bila bertentangan dengan Hadis Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Bahkan Imam Syafie menyuruh para muridnya untuk mengatasnamakan<br />
dirinya terhadap setiap Hadis yang sahih, sekalipun beliau tidak meriwayatkannya, atau bahkan pendapatnya bertentangan dengan Hadis itu. Oleh kerana itu, Ibnu Daqiq Al'Id<br />
mengumpulkan berbagai Hadis yang dikategorikan bertentangan dengan pendapat dari salah satu atau seluruh imam yang empat, dalam sebuah buku besar. Beliau mengatakan pada pendahulunya:<br />
"Mengatasnamakan para imam mujtahid tentang berbagai masalah yang bertentangan dengan Hadis sahih adalah haram".<br />
Para ahli fiqih yang taqlid kepada mereka wajib mengetahui bahawa tidak boleh mengatasnamakan masalah itu kepada mereka sehingga berdusta atas nama mereka.<br />
<br />
(Di sadur dari Mukaddimah Kitab Shifatu Shalatiin Nabii SAW, karya Al-Imam Al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al-Albani -rahimahullah).Thoyo al-atsarihttp://www.blogger.com/profile/16874768367549046423noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4395976324304285445.post-90918231290966714792011-06-18T02:12:00.001-07:002011-06-18T02:12:36.645-07:0010 Nasehat Ibnu Qayyim agar Sabar Menjauhi Maksiat<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
</style> <![endif]--> <br />
<br />
Berikut ini sepuluh nasihat Ibnul Qayyim rahimahullah untuk menggapai kesabaran diri agar tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat:<br />
<strong>Pertama,</strong> hendaknya hamba menyadari betapa buruk, hina dan rendah perbuatan maksiat. Dan hendaknya dia memahami bahwa Allah mengharamkannya serta melarangnya dalam rangka menjaga hamba dari terjerumus dalam perkara-perkara yang keji dan rendah sebagaimana penjagaan seorang ayah yang sangat sayang kepada anaknya demi menjaga anaknya agar tidak terkena sesuatu yang membahayakannya.<br />
<strong>Kedua,</strong> merasa malu kepada Allah… Karena sesungguhnya apabila seorang hamba menyadari pandangan Allah yang selalu mengawasi dirinya dan menyadari betapa tinggi kedudukan Allah di matanya. Dan apabila dia menyadari bahwa perbuatannya dilihat dan didengar Allah tentu saja dia akan merasa malu apabila dia melakukan hal-hal yang dapat membuat murka Rabbnya… Rasa malu itu akan menyebabkan terbukanya mata hati yang akan membuat Anda bisa melihat seolah-olah Anda sedang berada di hadapan Allah…<br />
<strong>Ketiga,</strong> senantiasa menjaga nikmat Allah yang dilimpahkan kepadamu dan mengingat-ingat perbuatan baik-Nya kepadamu……………<br />
<em>Apabila engkau berlimpah nikmat</em><i><br />
<em>maka jagalah, karena maksiat</em><br />
<em>akan membuat nikmat hilang dan lenyap</em></i><br />
Barang siapa yang tidak mau bersyukur dengan nikmat yang diberikan Allah kepadanya maka dia akan disiksa dengan nikmat itu sendiri.<br />
<strong>Keempat, </strong>merasa takut kepada Allah dan khawatir tertimpa hukuman-Nya<br />
<strong>Kelima,</strong> mencintai Allah… karena seorang kekasih tentu akan menaati sosok yang dikasihinya… Sesungguhnya maksiat itu muncul diakibatkan oleh lemahnya rasa cinta.<br />
<strong>Keenam,</strong> menjaga kemuliaan dan kesucian diri serta memelihara kehormatan dan kebaikannya… Sebab perkara-perkara inilah yang akan bisa membuat dirinya merasa mulia dan rela meninggalkan berbagai perbuatan maksiat…<br />
<strong>Ketujuh, </strong>memiliki kekuatan ilmu tentang betapa buruknya dampak perbuatan maksiat serta jeleknya akibat yang ditimbulkannya dan juga bahaya yang timbul sesudahnya yaitu berupa muramnya wajah, kegelapan hati, sempitnya hati dan gundah gulana yang menyelimuti diri… karena dosa-dosa itu akan membuat hati menjadi mati…<br />
<strong>Kedelapan, </strong>memupus buaian angan-angan yang tidak berguna. Dan hendaknya setiap insan menyadari bahwa dia tidak akan tinggal selamanya di alam dunia. Dan mestinya dia sadar kalau dirinya hanyalah sebagaimana tamu yang singgah di sana, dia akan segera berpindah darinya. Sehingga tidak ada sesuatu pun yang akan mendorong dirinya untuk semakin menambah berat tanggungan dosanya, karena dosa-dosa itu jelas akan membahayakan dirinya dan sama sekali tidak akan memberikan manfaat apa-apa.<br />
<strong>Kesembilan,</strong> hendaknya menjauhi sikap berlebihan dalam hal makan, minum dan berpakaian. Karena sesungguhnya besarnya dorongan untuk berbuat maksiat hanyalah muncul dari akibat berlebihan dalam perkara-perkara tadi. Dan di antara sebab terbesar yang menimbulkan bahaya bagi diri seorang hamba adalah… waktu senggang dan lapang yang dia miliki… karena jiwa manusia itu tidak akan pernah mau duduk diam tanpa kegiatan… sehingga apabila dia tidak disibukkan dengan hal-hal yang bermanfaat maka tentulah dia akan disibukkan dengan hal-hal yang berbahaya baginya.<br />
<strong>Kesepuluh, </strong>sebab terakhir adalah sebab yang merangkum sebab-sebab di atas… yaitu kekokohan pohon keimanan yang tertanam kuat di dalam hati… Maka kesabaran hamba untuk menahan diri dari perbuatan maksiat itu sangat tergantung dengan kekuatan imannya. Setiap kali imannya kokoh maka kesabarannya pun akan kuat… dan apabila imannya melemah maka sabarnya pun melemah… Dan barang siapa yang menyangka bahwa dia akan sanggup meninggalkan berbagai macam penyimpangan dan perbuatan maksiat tanpa dibekali keimanan yang kokoh maka sungguh dia telah keliru.Thoyo al-atsarihttp://www.blogger.com/profile/16874768367549046423noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4395976324304285445.post-67585405941143892622011-06-09T20:11:00.000-07:002011-06-09T20:11:42.280-07:00>>>Kisah Cinta Rasululloh dan Khadijah r.a<div class="mbl
notesBlogText clearfix"><div>Siapakah khadijah?<br />
<br />
Dia adalah Khadijah r.a, seorang wanita janda, bangsawan, hartawan, cantik dan budiman. Ia disegani oleh masyarakat Quraisy khususnya, dan bangsa Arab pada umumnya. Sebagai seorang pengusaha, ia banyak memberikan bantuan dan modal kepada pedagang-pedagang atau melantik orang-orang untuk mewakili urusan-urusan perniagaannya ke luar negeri.<br />
<br />
Banyak pemuda Quraisy yang ingin menikahinya dan sanggup membayar mas kawin berapa pun yang dikehendakinya, namun selalu ditolaknya dengan halus kerana tak ada yang berkenan di hatinya.<br />
<br />
<br />
<strong><em>Bermimpi melihat matahari turun kerumahnya</em></strong><br />
<br />
Pada suatu malam ia bermimpi melihat matahari turun dari langit, masuk ke dalam rumahnya serta memancarkan sinarnya merata kesemua tempat sehingga tiada sebuah rumah di kota Makkah yang luput dari sinarnya.<br />
<br />
Mimpi itu diceritakan kepada sepupunya yang bernama Waraqah bin Naufal. Dia seorang lelaki yang berumur lanjut, ahli dalam mentakbirkan mimpi dan ahli tentang sejarah bangsa-bangsa purba. Waraqah juga mempunyai pengetahuan luas dalam agama yang dibawa oleh Nabi-Nabi terdahulu.<br />
<br />
Waraqah berkata: “Takwil dari mimpimu itu ialah bahwa engkau akan menikah kelak dengan seorang Nabi akhir zaman.” “Nabi itu berasal dari negeri mana?” tanya Khadijah bersungguh-sungguh. “Dari kota Makkah ini!” ujar Waraqah singkat. “Dari suku mana?” “Dari suku Quraisy juga.” Khadijah bertanya lebih jauh: “Dari keluarga mana?” “Dari keluarga Bani Hasyim, keluarga terhormat,” kata Waraqah dengan nada menghibur. Khadijah terdiam sejenak, kemudian tanpa sabar meneruskan pertanyaan terakhir: “Siapakah nama bakal orang agung itu, hai sepupuku?” Orang tua itu mempertegas: “Namanya Muhammad SAW. Dialah bakal suamimu!”<br />
<br />
Khadijah pulang ke rumahnya dengan perasaan yang luar biasa gembiranya.Belum pernah ia merasakan kegembiraan sedemikian hebat. Maka sejak itulah Khadijah senantiasa bersikap menunggu dari manakah gerangan kelak munculnya sang pemimpin itu.<br />
<br />
<br />
<strong><em>Lamaran dari khadijah kepada Rasulullah s.a.w</em></strong><br />
<br />
Muhammad Al-Amiin muncul di rumah Khadijah. Wanita usahawan itu berkata<br />
Khadijah: “Hai Al-Amiin, katakanlah apa keperluanmu!” (Suaranya ramah, bernada dermawan. Dengan sikap merendahkan diri tapi tahu harga dirinya)<br />
<br />
Muhammad SAW berbicara lurus, terus terang, meskipun agak malu-malu tetapi pasti.<br />
Muhammad SAW: “Kami sekeluarga memerlukan nafkah dari bagianku dalam rombongan niaga. Keluarga kami amat memerlukannya untuk mencarikan jodoh bagi anak saudaranya yang yatim piatu”<br />
<br />
(Kepalanya tertunduk, dan wanita hartawan itu memandangnya dengan penuh ketakjuban)<br />
Khadijah: “Oh, itukah….! Muhammad, upah itu sedikit, tidak menghasilkan apa-apa bagimu untuk menutupi keperluan yang engkau maksudkan,”. “Tetapi biarlah, nanti saya sendiri yang mencarikan calon isteri bagimu”.(Ia berhenti sejenak, meneliti).<br />
<br />
Kemudian meneruskan dengan tekanan suara memikat dan mengandung isyarat<br />
Khadijah: “Aku hendak mengawinkanmu dengan seorang wanita bangsawan Arab. Orangnya baik, kaya, diinginkan oleh banyak raja-raja dan pembesar-pembesar Arab dan asing, tetapi ditolaknya. Kepadanyalah aku hendak membawamu”.<br />
<br />
khadijah (Khadijah tertunduk lalu melanjutkan): “Tetapi sayang, ada aibnya…! Dia dahulu sudah pernah bersuami. Kalau engkau mau, maka dia akan menjadi pengkhidmat dan pengabdi kepadamu”.<br />
<br />
Pemuda Al-Amiin tidak menjawab. Mereka sama-sama terdiam, sama-sama terpaku dalam pemikirannya masing-masing. Yang satu memerlukan jawapan, yang lainnya tak tahu apa yang mau dijawab. Khadijah r.a tak dapat mengetahui apa yang terpendam di hati pemuda Bani Hasyim itu, pemuda yang terkenal dengan gelaran Al-Amiin (jujur). Pemuda Al-Amiin itupun mungkin belum mengetahui siapa kira-kira calon yang dimaksud oleh Khadijah r.a.<br />
<br />
Rasulullah SAW minta izin untuk pulang tanpa sesuatu keputusan yang ditinggalkan. Ia menceritakan kepada Pamannya.<br />
<br />
Rasulullah SAW: “Aku merasa amat tersinggung oleh kata-kata Khadijah r.a. Seolah-olah dia memandang enteng dengan ucapannya ini dan itu “anu dan anu….” Ia mengulangi apa yang dikatakan oleh perempuan kaya itu.<br />
<br />
‘Atiqah juga marah mendengar berita itu. Dia seorang perempuan yang cepat naik darah kalau pihak yang dinilainya menyinggung kehormatan Bani Hasyim. Katanya: “Muhammad, kalau benar demikian, aku akan mendatanginya”.<br />
<br />
‘Atiqah tiba di rumah Khadijah r.a dan terus menegurnya: “Khadijah, kalau kamu mempunyai harta kekayaan dan kebangsawan, maka kamipun memiliki kemuliaan dan kebangsawanan. Kenapa kamu menghina puteraku, anak saudaraku Muhammad?”<br />
<br />
Khadijah r.a terkejut mendengarnya. Tak disangkanya bahwa kata-katanya itu akan dianggap penghinaan. Ia berdiri menyabarkan dan mendamaikan hati ‘Atiqah:<br />
<br />
Khadijah : “Siapakah yang sanggup menghina keturunanmu dan sukumu? Terus terang saja kukatakan kepadamu bahwa dirikulah yang kumaksudkan kepada Muhammad SAW. Kalau ia mau, aku bersedia menikah dengannya; kalau tidak,aku pun berjanji tak akan bersuami hingga mati”.<br />
<br />
Pernyataan jujur ikhlas dari Khadijah r.a membuat ‘Atiqah terdiam. Kedua wanita bangsawan itu sama-sama cerah. Percakapan menjadi serius. “Tapi Khadijah, apakah suara hatimu sudah diketahui oleh sepupumu Waraqah bin Naufal?” tanya ‘Atiqah sambil meneruskan: “Kalau belum cobalah meminta persetujuannya.” “Ia belum tahu, tapi katakanlah kepada saudaramu, Abu Thalib, supaya mengadakan perjamuan sederhana. Jamuan minum, dimana sepupuku diundang, dan disitulah diadakan majlis lamaran”, Khadijah r.a berkata seolah-olah hendak mengatur siasat. Ia yakin Waraqah takkan keberatan karena dialah yang menafsirkan mimpinya akan bersuamikan seorang Nabi akhir zaman.<br />
<br />
‘Atiqah pulang dengan perasaan tenang, puas. Pucuk dicinta ulam tiba. Ia segera menyampaikan berita gembira itu kepada saudara-saudaranya: Abu Thalib, Abu Lahab, Abbas dan Hamzah. Semua riang menyambut hasil pertemuan ‘Atiqah dengan Khadijah “Itu bagus sekali”, kata Abu Thalib, “tapi kita harus bermusyawarah dengan Muhammad SAW lebih dulu.”<br />
<br />
<br />
<em><strong>Khadijah yang cantik</strong></em><br />
<br />
Sebelum diajak bermusyawarah, maka terlebih dahulu ia pun telah menerima seorang perempuan bernama Nafisah, utusan Khadijah r.a yang datang untuk menjalin hubungan kekeluargaan. Utusan peribadi Khadijah itu bertanya:<br />
<br />
Nafisah : “Muhammad, kenapa engkau masih belum berfikir mencari isteri?”<br />
Muhammad SAW menjawab: “Hasrat ada, tetapi kesanggupan belum ada.”<br />
Nafisah “Bagaimana kalau seandainya ada yang hendak menyediakan nafkah? Lalu engkau mendapat seorang isteri yang baik, cantik, berharta, berbangsa dan sekufu pula denganmu, apakah engkau akan menolaknya?”<br />
Rasulullah SAW: “Siapakah dia?” tanya Muhammad SAW.<br />
Nafisah : “Khadijah!” Nafisah berterus terang. “Asalkan engkau bersedia, sempurnalah segalanya. Urusannya serahkan kepadaku!”<br />
<br />
Usaha Nafisah berhasil. Ia meninggalkan putera utama Bani Hasyim dan langsung menemui Khadijah r.a, menceritakan kesediaan Muhammad SAW. Setelah Muhammad SAW menerima pemberitahuan dari saudara-saudaranya tentang hasil pertemuan dengan Khadijah r.a, maka baginda tidak keberatan mendapatkan seorang janda yang usianya lima belas tahun lebih tua daripadanya.<br />
<br />
Betapa tidak setuju, apakah yang kurang pada Khadijah? Ia wanita bangsawan, cantik, hartawan, budiman. Dan yang utama karena hatinya telah dibukakan Tuhan untuk mencintainya, telah ditakdirkan akan dijodohkan dengannya. Kalau dikatakan janda, biarlah! Ia memang janda umur empat puluh, tapi janda yang masih segar, bertubuh ramping, berkulit putih dan bermata jeli. Maka diadakanlah majlis yang penuh keindahan itu.<br />
<br />
Hadir Waraqah bin Naufal dan beberapa orang-orang terkemuka Arab yang sengaja dijemput. Abu Thalib dengan resmi meminang Khadijah r.a kepada saudara sepupunya. Orang tua bijaksana itu setuju. Tetapi dia meminta tempoh untuk berunding dengan wanita yang berkenaan.<br />
<br />
<br />
<em><strong>Pernikahan Muhammad dengan Khadijah</strong></em><br />
<br />
Khadijah r.a diminta pendapat. Dengan jujur ia berkata kepada Waraqah: “Hai anak sepupuku, betapa aku akan menolak Muhammad SAW padahal ia sangat amanah, memiliki keperibadian yang luhur, kemuliaan dan keturunan bangsawan, lagi pula pertalian kekeluargaannya luas”. “Benar katamu, Khadijah, hanya saja ia tak berharta”, ujar Waraqah. “Kalau ia tak berharta, maka aku cukup berharta. Aku tak memerlukan harta lelaki. Kuwakilkan kepadamu untuk menikahkan aku dengannya,” demikian Khadijah r.a menyerahkan urusannya.<br />
<br />
Waraqah bin Naufal kembali mendatangi Abu Thalib memberitakan bahwa dari pihak keluarga perempuan sudah bulat mufakat dan merestui bakal pernikahan kedua mempelai. Lamaran diterima dengan persetujuan mas kawin lima ratus dirham. Abu Bakar r.a, yang kelak mendapat sebutan “Ash-Shiddiq”, sahabat akrab Muhammad SAW. sejak dari masa kecil, memberikan sumbangan pakaian indah buatan Mesir, yang melambangkan kebangsawaan Quraisy, sebagaimana layaknya dipakai dalam upacara adat istiadat pernikahan agung, apalagi karena yang akan dinikahi adalah seorang hartawan dan bangsawan pula.<br />
<br />
Peristiwa pernikahan Muhammad SAW dengan Khadijah r.a berlangsung pada hari Jum’at, dua bulan sesudah kembali dari perjalanan niaga ke negeri Syam. Bertindak sebagai wali Khadijah r.a ialah pamannya bernama ‘Amir bin Asad.<br />
<br />
Waraqah bin Naufal membacakan khutbah pernikahan dengan fasih, disambut oleh Abu Thalib sebagai berikut: “Alhamdu Lillaah, segala puji bagi Allah Yang menciptakan kita keturunan (Nabi) Ibrahim, benih (Nabi) Ismail, anak cucu Ma’ad, dari keturunan Mudhar. “Begitupun kita memuji Allah SWT Yang menjadikan kita penjaga rumah-Nya, pengawal Tanah Haram-Nya yang aman sejahtera, dan menjadikan kita hakim terhadap sesama manusia.<br />
“Sesungguhnya anak saudaraku ini, Muhammad bin Abdullah, kalau akan ditimbang dengan laki-laki manapun juga, niscaya ia lebih berat dari mereka sekalian. Walaupun ia tidak berharta, namun harta benda itu adalah bayang-bayang yang akan hilang dan sesuatu yang akan cepat perginya. Akan tetapi Muhammad SAW, tuan-tuan sudah mengenalinya siapa dia. Dia telah melamar Khadijah binti Khuwailid. Dia akan memberikan mas kawin lima ratus dirham yang akan segera dibayarnya dengan tunai dari hartaku sendiri dan saudara-saudaraku.<br />
“Demi Allah SWT, sesungguhnya aku mempunyai firasat tentang dirinya bahwa sesudah ini, yakni di saat-saat mendatang, ia akan memperolehi berita gembira (albasyaarah) serta pengalaman-pengalaman hebat. “Semoga Allah memberkati pernikahan ini”. Penyambutan untuk memeriahkan majlis pernikahan itu sangat meriah di rumah mempelai perempuan. Puluhan anak-anak lelaki dan perempuan berdiri berbaris di pintu sebelah kanan di sepanjang lorong yang dilalui oleh mempelai lelaki, mengucapkan salam marhaban kepada mempelai dan menghamburkan harum-haruman kepada para tamu dan pengiring.<br />
<br />
Selesai upacara dan tamu-tamu bubar, Khadijah r.a membuka isi hati kepada suaminya dengan ucapan: “Hai Al-Amiin, bergembiralah! Semua harta kekayaan ini baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang terdiri dari bangunan-bangunan, rumah-rumah, barang-barang dagangan, hamba-hamba sahaya adalah menjadi milikmu. Engkau bebas membelanjakannya ke jalan mana yang engkau redhai !”<br />
<br />
Itulah sebagaimana Firman Allah SWT yang bermaksud: “Dan Dia (Allah) mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kekayaan”. (Adh-Dhuhaa:<br />
Alangkah bahagianya kedua pasangan mulia itu, hidup sebagai suami isteri yang sekufu, sehaluan, serasi dan secita-cita.<br />
Dijamin Masuk Syurga<br />
<br />
Khadijah r.a mendampingi Muhammad SAW. selama dua puluh enam tahun, yakni enam belas tahun sebelum dilantik menjadi Nabi, dan sepuluh tahun sesudah masa kenabian. Ia isteri tunggal, tak ada duanya, bercerai karena kematian.<br />
<br />
<br />
<strong><em>Tahun wafatnya disebut “Tahun Kesedihan” (‘Aamul Huzni).</em></strong><br />
<br />
Khadijah r.a adalah orang pertama sekali beriman kepada Rasulullah SAW. ketika wahyu pertama turun dari langit. Tidak ada yang mendahuluinya. Ketika Rasulullah SAW menceritakan pengalamannya pada peristiwa turunnya wahyu pertama yang disampaikan Jibril ‘alaihissalam, dimana beliau merasa ketakutan dan menggigil menyaksikan bentuk Jibril a.s dalam rupa aslinya, maka Khadijahlah yang pertama dapat mengerti makna peristiwa itu dan menghiburnya, sambil berkata:<br />
“Bergembiralah dan tenteramkanlah hatimu. Demi Allah SWT yang menguasai diri Khadijah r.a, engkau ini benar-benar akan menjadi Nabi Pesuruh Allah bagi umat kita. “Allah SWT tidak akan mengecewakanmu. Bukankah engkau orang yang senantiasa berusaha untuk menghubungkan tali persaudaraan? Bukankah engkau selalu berkata benar? Bukankah engkau senantiasa menyantuni anak yatim piatu, menghormati tamu dan mengulurkan bantuan kepada setiap orang yang ditimpa kemalangan dan musibah?”<br />
<br />
Khadijah r.a membela suaminya dengan harta dan dirinya di dalam menegakkan kalimah tauhid, serta selalu menghiburnya dalam duka derita yang dialaminya dari gangguan kaumnya yang masih ingkar terhadap kebenaran agama Islam, menangkis segala serangan caci maki yang dilancarkan oleh bangsawan-bangsawan dan hartawan Quraisy.<br />
<br />
Layaklah kalau Khadijah r.a mendapat keistimewaan khusus yang tidak dimiliki oleh wanita-wanita lain yaitu, menerima ucapan salam dari Allah SWT. yang disampaikan oleh malaikat Jibril a.s kepada Rasulullah SAW. disertai salam dari Jibril a.s peribadi untuk disampaikan kepada Khadijah radiallahu ‘anha serta dihiburnya dengan syurga.<br />
<br />
Kesetiaan Khadijah r.a diimbangi oleh kecintaan Nabi SAW kepadanya tanpa terbatas. Nabi SAW pernah berkata: “Wanita yang utama dan yang pertama akan masuk Syurga ialah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad SAW., Maryam binti ‘Imran dan Asyiah binti Muzaahim, isteri Fir’aun”.<br />
<br />
<br />
<em><strong>Wanita Terbaik</strong></em><br />
<br />
Sanjungan lain yang banyak kali diucapkan Rasulullah SAW. terhadap peribadi Khadijah r.a ialah: “Dia adalah seorang wanita yang terbaik, karena dia telah percaya dan beriman kepadaku di saat orang lain masih dalam kebimbanga, dia telah membenarkan aku di saat orang lain mendustakanku; dia telah mengorbankan semua harta bendanya ketika orang lain mencegah kemurahannya terhadapku; dan dia telah melahirkan bagiku beberapa putera-puteri yang tidak ku dapatkan dari isteri-isteri yang lain”.<br />
<br />
Putera-puteri Rasulullah SAW. dari Khadijah r.a sebanyak tujuh orang: tiga lelaki (kesemuanya meninggal di waktu kecil) dan empat wanita. Salah satu dari puterinya bernama Fatimah, dinikahkan dengan Ali bin Abu Thalib, sama-sama sesuku Bani Hasyim. Keturunan dari kedua pasangan inilah yang dianggap sebagai keturunan langsung dari Rasulullah SAW.<br />
<br />
<br />
<em><strong>Perjuangan Khadijah</strong></em><br />
<br />
Tatkala Nabi SAW mengalami rintangan dan gangguan dari kaum lelaki Quraisy, maka di sampingnya berdiri dua orang wanita. Kedua wanita itu berdiri di belakang da’wah Islamiah, mendukung dan bekerja keras mengabdi kepada pemimpinnya, Muhammad SAW : Khadijah bin Khuwailid dan Fatimah binti Asad. Oleh karena itu Khadijah berhak menjadi wanita terbaik di dunia. Bagaimana tidak menjadi seperti itu, dia adalah Ummul Mu’minin, sebaik-baik isteri dan teladan yang baik bagi mereka yang mengikuti teladannya.<br />
<br />
Khadijah menyiapkan sebuah rumah yang nyaman bagi Nabi SAW sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan membantunya ketika merenung di Gua Hira’. Khadijah adalah wanita pertama yang beriman kepadanya ketika Nabi SAW berdoa (memohon) kepada Tuhannya. Khadijah adalah sebaik-baik wanita yang menolongnya dengan jiwa, harta dan keluarga. Peri hidupnya harum, kehidupannya penuh dengan kebajikan dan jiwanya sarat dengan kebaikan.<br />
<br />
Rasulullah SAW bersabda :”Khadijah beriman kepadaku ketika orang-orang ingkar, dia membenarkan aku ketika orang-orang mendustakan dan dia menolongku dengan hartanya ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa.”<br />
<br />
Kenapa kita bersusah payah mencari teladan di sana-sini, padahal di hadapan kita ada “wanita terbaik di dunia,” Khadijah binti Khuwailid, Ummul Mu’minin yang setia dan taat, yang bergaul secara baik dengan suami dan membantunya di waktu berkhalwat sebelum diangkat menjadi Nabi dan meneguhkan serta membenarkannya.<br />
<br />
Khadijah mendahului semua orang dalam beriman kepada risalahnya, dan membantu beliau serta kaum Muslimin dengan jiwa, harta dan keluarga. Maka Allah SWT membalas jasanya terhadap agama dan Nabi-Nya dengan sebaik-baik balasan dan memberinya kesenangan dan kenikmatan di dalam istananya, sebagaimana yang diceritakan Nabi SAW, kepadanya pada masa hidupnya.<br />
<br />
Ketika Jibril A.S. datang kepada Nabi SAW, dia berkata :”Wahai, Rasulullah, inilah Khadijah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah dan makanan atau minuman. Apabila dia datang kepadamu, sampaikan salam kepadanya dari Tuhannya dan aku, dan beritahukan kepadanya tentang sebuah rumah di syurga dari mutiara yang tiada keributan di dalamnya dan tidak ada kepayahan.” [HR. Bukhari dalam "Fadhaail Ashhaabin Nabi SAW. Imam Adz-Dzahabi berkata:"Keshahihannya telah disepakati."]<br />
<br />
Bukankah istana ini lebih baik daripada istana-istana di dunia, hai, orang-orang yang terpedaya oleh dunia ? Sayidah Khadijah r.a. adalah wanita pertama yang bergabung dengan rombongan orang Mu’min yang orang pertama yang beriman kepada Allah di bumi sesudah Nabi SAW. Khadijah r.a. membawa panji bersama Rasulullah SAW sejak saat pertama, berjihad dan bekerja keras. Dia habiskan kekayaannya dan memusuhi kaumnya. Dia berdiri di belakang suami dan Nabinya hingga nafas terakhir, dan patut menjadi teladan tertinggi bagi para wanita.<br />
<br />
Betapa tidak, karena Khadijah r.a. adalah pendukung Nabi SAW sejak awal kenabian. Ar-Ruuhul Amiin telah turun kepadanya pertama kali di sebuah gua di dalam gunung, lalu menyuruhnya membaca ayat-ayat Kitab yang mulia, sesuai yang dikehendaki Allah SWT. Kemudian dia menampakkan diri di jalannya, antara langit dan bumi. Dia tidak menoleh ke kanan maupun ke kiri sehingga Nabi SAW melihatnya, lalu dia berhenti, tidak maju dan tidak mundur. Semua itu terjadi ketika Nabi SAW berada di antara jalan-jalan gunung dalam keadaan kesepian, tiada penghibur, teman, pembantu maupun penolong.<br />
<br />
Nabi SAW tetap dalam sikap yang demikian itu hingga malaikat meninggalkannya. Kemudian, beliau pergi kepada Khadijah dalam keadaan takut akibat yang didengar dan dilihatnya. Ketika melihatnya, Khadijah berkata :”Dari mana engkau, wahai, Abal Qasim ? Demi Allah, aku telah mengirim beberapa utusan untuk mencarimu hingga mereka tiba di Mekkah, kemudian kembali kepadaku.” Maka Rasulullah SAW menceritakan kisahnya kepada Khadijah r.a.<br />
<br />
Khadijah r.a. berkata :”Gembiralah dan teguhlah, wahai, putera pamanku. Demi Allah yang menguasai nyawaku, sungguh aku berharap engkau menjadi Nabi umat ini.” Nabi SAW tidak mendapatkan darinya, kecuali pe neguhan bagi hatinya, penggembiraan bagi dirinya dan dukungan bagi urusannya. Nabi SAW tidak pernah mendapatkan darinya sesuatu yang menyedihkan, baik berupa penolakan, pendustaan, ejekan terhadapnya atau penghindaran darinya. Akan tetapi Khadijah melapangkan dadanya, melenyapkan kesedihan, mendinginkan hati dan meringankan urusannya.<br />
<br />
<em><strong>Demikian hendaknya wanita ideal.</strong></em><br />
<br />
Itulah dia, Khadijah r.a., yang Allah SWT telah mengirim salam kepadanya. Maka turunlah Jibril A.S. menyampaikan salam itu kepada Rasul SAW seraya berkata kepadanya :”Sampaikan kepada Khadijah salam dari Tuhannya. Kemudian Rasulullah SAW bersabda :”Wahai Khadijah, ini Jibril menyampaikan salam kepadamu dari Tuhanmu.” Maka Khadijah r.a. menjawab :”Allah yang menurunkan salam (kesejahteraan), dari-Nya berasal salam (kesejahteraan), dan kepada Jibril semoga diberikan salam (kesejahteraan).”<br />
<br />
Sesungguhnya ia adalah kedudukan yang tidak diperoleh seorang pun di antara para shahabat yang terdahulu dan pertama masuk Islam serta khulafaur rasyidin. Hal itu disebabkan sikap Khadijah r.a. pada saat pertama lebih agung dan lebih besar daripada semua sikap yang mendukung da’wah itu sesudahnya. Sesungguhnya Khadijah r.a. merupakan nikmat Allah yang besar bagi Rasulullah SAW. Khadijah mendampingi Nabi SAW selama seperempat abad, berbuat baik kepadanya di saat beliau gelisah, menolongnya di waktu-waktu yang sulit, membantunya dalam menyampaikan risalahnya, ikut serta merasakan penderitaan yang pahit pada saat jihad dan menolong- nya dengan jiwa dan hartanya.<br />
<br />
Rasulullah SAW bersabda :”Khadijah beriman kepadaku ketika orang-orang mengingkari. Dia membenarkan aku ketika orang-orang mendustakan. Dan dia memberikan hartanya kepadaku ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa. Allah mengaruniai aku anak darinya dan mengharamkan bagiku anak dari selain dia.” [HR. Imam Ahmad dalam "Musnad"-nya, 6/118]<br />
<br />
Diriwayatkan dalam hadits shahih, dari Abu Hurairah r.a., dia berkata :”Jibril datang kepada Nabi SAW, lalu berkata :”Wahai, Rasulullah, ini Khadijah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah, makanan atau minuman. Apabila dia datang kepadamu, sampaikan kepadanya salam dari Tuhan-nya dan beritahukan kepadanya tentang sebuah rumah di syurga, (terbuat) dari mutiara yang tiada suara ribut di dalamnya dan tiada kepayahan.” [Shahih Bukhari, Bab Perkawinan Nabi SAW dengan Khadijah dan Keutamaannya]<br />
<br />
Wallahu a'lam,,,<br />
<br />
<br />
<br />
Sumber : Renungan Kisah Inspiratif (RKI)</div></div>Thoyo al-atsarihttp://www.blogger.com/profile/16874768367549046423noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4395976324304285445.post-37285411512037896802011-03-18T02:40:00.000-07:002011-03-18T02:40:19.879-07:00Tips agar jadi orang SUKSES dari A sampai Z<h2><br />
</h2>Ini adalah sebuah artikel menarik tentang "Tips jadi orang sukses dari A sampai Z" dari kiriman seorang rekan. Berikut ini artikelnya. <br />
Menurut pakarnya, manusia sukses tidak cuma dari IQ saja. <br />
Peran EQ (Emotional Intelligence) pada kesuksesan bahkan melebihi porsi IQ. Seorang pakar EQ bernama Patricia Patton memberikan tips bagaimana kita menemukan dan memupuk harga diri, yang disebutnya <i>alfabet keberhasilan pribadi</i>. <br />
Yuk kita lihat apa maksudnya : <br />
A : Accept.<br />
Terimalah diri Anda sebagaimana adanya. B : Believe.<br />
Percayalah terhadap kemampuan Anda untuk meraih apa yang Anda inginkan dalam hidup. <br />
C : Care.<br />
Pedulilah pada kemampuan Anda meraih apa yang Anda inginkan dalam hidup. <br />
D : Direct.<br />
Arahkan pikiran pada hal-hal positif yang meningkatkan kepercayaan diri. <br />
E : Earn.<br />
Terimalah penghargaan yang diberi orang lain dengan <a href="http://pantangmenyerah.blogspot.com/" target="_blank">tetap berusaha</a> menjadi yang lebih baik <br />
F : Face.<br />
Hadapi masalah dengan benar dan yakin. <br />
G : Go.<br />
Berangkatlah dari kebenaran. <br />
H : Homework.<br />
Pekerjaan rumah adalah langkah penting untuk pengumpulan informasi. <br />
I : Ignore.<br />
Abaikan celaan orang yang menghalangi jalan Anda mencapai tujuan. <br />
J : Jealously.<br />
Rasa iri dapat membuat Anda tidak menghargai kelebihan Anda sendiri. <br />
K : Keep.<br />
<a href="http://pantangmenyerah.blogspot.com/" target="_blank">Terus berusaha</a> walaupun beberapa kali gagal. <br />
L : Learn.<br />
Belajar dari kesalahan dan berusaha untuk tidak mengulanginya. <br />
M : Mind.<br />
Perhatikan urusan sendiri dan tidak menyebar gosip tentang orang lain. <br />
N : Never.<br />
Jangan terlibat skAndal <a href="http://primasutra.blogspot.com/" target="_blank">seks</a>, obat terlarang, dan alkohol. <br />
O : Observe.<br />
Amatilah segala hal di sekeliling Anda. Perhatikan, dengarkan, dan belajar dari orang lain. <br />
P : Patience.<br />
Sabar adalah kekuatan tak ternilai yang membuat Anda <a href="http://pantangmenyerah.blogspot.com/" target="_blank">terus berusaha</a>. <br />
Q : Question.<br />
Pertanyaan perlu untuk mencari jawaban yang benar dan menambah ilmu. <br />
R : Respect.<br />
Hargai diri sendiri dan juga orang lain. <br />
S : Self confidence, self esteem, self respect.<br />
Percaya diri, harga diri, citra diri, penghormatan diri akan membebaskan kita dari saat-saat tegang. <br />
T : Take.<br />
Bertanggung jawab pada setiap tindakan Anda. <br />
U : Understand.<br />
Pahami bahwa hidup itu naik turun, namun tak ada yang dapat mengalahkan Anda. <br />
V : Value.<br />
Nilai diri sendiri dan orang lain, berusahalah melakukan yang lebih baik tiap saat. <br />
W : Work.<br />
Bekerja dengan giat, jangan lupa berdoa. <br />
X : X'tra.<br />
Usaha lebih keras membawa keberhasilan. <br />
Y : You.<br />
Anda dapat membuat suatu yang berbeda. <br />
Z : Zero.<br />
Usaha nol membawa hasil nol pula<br />
<br />
dan Jangan Lupa Tetap semangat.Thoyo al-atsarihttp://www.blogger.com/profile/16874768367549046423noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4395976324304285445.post-40643390342808441612011-01-31T23:42:00.000-08:002011-01-31T23:42:26.293-08:00Sejarah Maulid Nabi.<div dir="ltr"><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><strong><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">a. Sejarah peringatan maulid: </span></span></strong></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">Seluruh ulama sepakat bahwa maulid Nabi tidak pernah diperingati pada masa Nabi shallallahu `alaihi wasallam hidup dan tidak juga pada masa pemerintahan khulafaurrasyidin.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">Lalu kapan dimulainya peringatan maulid Nabi dan siapa yang pertama kali mengadakannya?</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">Al Maqrizy (seorang ahli sejarah islam) dalam bukunya <em>"Al khutath" </em>menjelaskan bahwa maulid Nabi mulai diperingati pada abad IV Hijriyah oleh Dinasti Fathimiyyun di Mesir.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">Dynasti Fathimiyyun mulai menguasai mesir pada tahun 362 H dengan raja pertamanya Al Muiz lidinillah, di awal tahun menaklukkan Mesir dia membuat enam perayaan hari lahir sekaligus; hari lahir ( maulid ) Nabi, hari lahir Ali bin Abi Thalib, hari lahir Fatimah, hari lahir Hasan, hari lahir Husein dan hari lahir raja yang berkuasa.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">Kemudian pada tahun 487 H pada masa pemerintahan Al Afdhal peringatan enam hari lahir tersebut dihapuskan dan tidak diperingati, raja ini meninggal pada tahun 515 H.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">Pada tahun 515 H dilantik Raja yang baru bergelar Al amir liahkamillah, dia menghidupkan kembali peringatan enam maulid tersebut, begitulah seterusnya peringatan maulid Nabi shallallahu `alaihi wasallam yang jatuh pada bulan Rabiul awal diperingati dari tahun ke tahun hingga zaman sekarang dan meluas hampir ke seluruh dunia.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><strong><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">b.Hakikat Dynasti Fathimiyyun:</span></span></strong></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">Abu Syamah (ahli hadist dan tarikh wafat th 665 H) menjelaskan dalam bukunya <em>"Raudhatain"</em> bahwa raja pertama dinasti ini berasal dari Maroko dia bernama Said, setelah menaklukkan Mesir dia mengganti namanya menjadi Ubaidillah serta mengaku berasal dari keturunan Ali dan Fatimah dan pada akhirnya dia memakai gelar Al Mahdi. Akan tetapi para ahli nasab menjelaskan bahwa sesungguhnya dia berasal dari keturunan Al Qaddah beragama Majusi, pendapat lain menjelaskan bahwa dia adalah anak seorang Yahudi yang bekerja sebagai pandai besi di Syam.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">Dinasti ini menganut paham <em>Syiah Bathiniyah;</em> diantara kesesatannya adalah bahwa para pengikutnya meyakini Al Mahdi sebagai <strong>tuhan pencipta dan pemberi rezki</strong>, setelah Al Mahdi mati anaknya yang menjadi raja selalu mengumandangkan kutukan terhadap Aisyah istri <em>rasulullah shallallahu `alaihi wasallam</em> di pasar-pasar. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">Kesesatan dinasti ini tidak dibiarkan begitu saja, maka banyak ulama yang hidup di masa itu menjelaskan kepada umat akan diantaranya Al Ghazali menulis buku yang berjudul "<em>Fadhaih bathiniyyah</em> (borok aqidah Bathiniyyah)" dalam buku tersebut dalam bab ke delapan beliau menghukumi penganutnya telah kafir , murtad serta keluar dari agama islam.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><strong><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">c. Hukum perayaan maulid Nabi:</span></span></strong></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">Sebenarnya, dengan mengetahui asal muasal perayaan maulid yang dibuat oleh sebuah kelompok sesat tidak perlu lagi dijelaskan tentang hukumnya. Karena saya yakin bahwa seorang muslim yang taat pasti tidak akan mau ikut merayakan perhelatan sesat ini.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">Akan tetapi mengingat bahwa sebagian orang masih ragu akan kesesatan perhelatan ini maka dipandang perlu menjelaskan beberapa dalil ( argumen ) yang menyatakan haram hukumnya merayakan hari maulid Nabi shallallahu `alaihi wasallam.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">Diantara dalilnya:</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">1.</span><span style="font-size: 10pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span><span dir="ltr" style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">Allah taala berfirman: </span></span></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><em><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu</span></span></em><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">. (Q.S. Al Maidah: 3 ).</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">Ayat di atas menjelaskan bahwa agama islam telah sempurna tidak boleh ditambah dan dikurangi, maka orang yang mengadakan perayaan maulid Nabi yang dibuat setelah rasulullah shallallahu `alaihi wasallam wafat berarti menetang ayat ini dan menganggap agama belum sempurna masih perlu ditambah. Sungguh peringatan maulid bertentangan dengan ayat di atas.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">2.</span><span style="font-size: 10pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span><span dir="ltr" style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">Sabda Nabi <em>shallallahu `alaihi wasallam</em> : </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px;"><span lang="AR-SA" style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">( إِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ ) رواه أبو داود والترمذي</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><em><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">Hindarilah amalan yang tidak ku contohkan (bid`ah), karena setiap bid`ah menyesatkan”</span></span></em><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">. HR. Abu Daud dan Tarmizi.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">Peringatan maulid Nabi tidak pernah dicontohkan Nabi, berarti itu adalah bi'dah, dan setiap bi'dah adalah sesat, berarti maulid peringatan Nabi adalah perbuatan sesat.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">3.</span><span style="font-size: 10pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span><span dir="ltr" style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">Sabda Nabi shallallahu `alaihi wasallam : </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px;"><span lang="AR-SA" style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">(( مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ )) متفق عليه</span></span><span style="font-family: Tahoma;"> <span lang="ar-eg">، </span></span><span lang="AR-SA" style="font-family: Tahoma;">وفي رواية لمسلم (( مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌ ))</span></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><em><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">“Siapa yang menghidupkan suatu amalan yang tidak ada dasarnya dalam dien kami, amalannya ditolak.”</span></span></em><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;"> Muttafaq ’alaih </span></span></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">Dalam riwayat Muslim: </span><em><span style="font-size: x-small;">“Siapa yang mengamalkan perbuatan yang tidak ada dasarnya dalam dien kami, amalannya ditolak.”</span></em></span></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">Dua hadist di atas menjelaskan bahwa setiap perbuatan yang tidak dicontoh Nabi tidak akan diterima di sisi Allah subhanahu wa ta'ala, dan peringatan maulid Nabi tidak dicontohkan oleh Nabi berarti peringatan maulid Nabi tidak diterima dan ditolak.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">4.</span><span style="font-size: 10pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal;"> </span></span><span dir="ltr" style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">Sabda Nabi shallallahu `alaihi wasallam: </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px;"><span lang="AR-SA" style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">(( مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ )) رواه أبو داود</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;"> <em>Barang siapa yang meniru tradisi suatu kaum maka dia adalah bagian dari kaum tersebut</em>. HR. Abu Daud.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;"> Tradisi peringatan hari lahir Nabi Muhammad meniru tradisi kaum Nasrani merayakan hari kelahiran Al Masih (disebut dengan hari natal) , maka orang yang melakukan peringatan hari kelahiran Nabi bagaikan bagian dari kaum Nasrani -wal 'iyazubillah-.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">5.</span></span><span style="font-family: Tahoma; font-size: x-small;"> </span><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">Peringatan maulid Nabi sering kita dengar dari para penganjurnya bahwa itu adalah perwujudan dari rasa cinta kepada Nabi. Saya tidak habis pikir bagaimana orang yang mengungkapkan rasa cintanya kepada Nabi dengan dengan cara melanggar perintahnya, karena Nabi telah melarang umatnya berbuat bidah. Ini laksana ungkapkan oleh seorang penyair:</span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" dir="rtl" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px;"><span lang="AR-SA" style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">لَوْ كَانَ حُبُّكَ صَادِقاً لَأَطَعْتَـهُ إِنَّ المُحِبَّ لِمَنْ أَحَبَّ مُطِيْـعُ</span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><em><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">Jikalau cintamu kepadanya tulus murni, niscaya engkau akan mentaatinya. </span></span></em></div><div align="center" class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><em><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">Karena sesungguhnya orang yang mencintai akan patuh terhadap orang yang dicintainya </span></span></em></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">6.</span></span><span style="font-family: Tahoma; font-size: x-small;"> </span><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">Orang yang mengadakan perhelatan maulid Nabi yang tidak pernah diajarkan Nabi sesungguhnya dia telah menuduh Nabi telah berkhianat dan tidak menyampaikan seluruh risalah yang diembannya. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">Imam Malik berkata," orang yang membuat suatu bidah dan dia menganggapnya adalah suatu perbuatan baik, pada hakikatnya dia telah menuduh Nabi berkhianat tidak menyampaikan risalah.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">Setelah membaca artikel ini, berdoalah kepada Allah agar diberi hidayah untuk bisa menerima kebenaran dan diberi kekuatan untuk dapat mengamalkannya dan jangan terpedaya dengan banyaknya orang yang melakukannya seperti firman Allah:</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><em><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)</span></span></em><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;"> (Q.S. Al An'aam: 116 ).</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">Abu Raihanah </span></span></div><div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0px 0px 6px; text-align: justify; text-indent: 28px; unicode-bidi: embed;"><em><span style="font-family: Tahoma;"><span style="font-size: x-small;">*Dikutip dari: Makalah Sejarah Maulid, hukum dan pendapat ulama terhadapnya karya Nashir Moh. Al Hanin dan sumber lain.</span></span></em></div></div>Thoyo al-atsarihttp://www.blogger.com/profile/16874768367549046423noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4395976324304285445.post-57720489674366867562010-12-08T20:37:00.000-08:002010-12-08T20:37:00.586-08:00Pesan Buwat IkhwanAssalamu’alaikum. Wr. Wb<br />
Buat sobat-sobat Ikhwan…….<br />
Wahai Para Kesatria, pewaris tanah pusaka<br />
Mengapa dikau gundah gulana<br />
Bukankah terbentang luas taman indah nan warna-warni<br />
Tidakkah kau cium harum semerbak bunga bertebaran di kanan kirimu<br />
Atau kurang cukupkah samudera permata nan elok lagi bersinar menghiasimu<br />
Wahai pemuda pewaris masa depan<br />
Tataplah jauh ke muka<br />
Ada beban luhur yang harus segera engkau pikul<br />
Akan masih banyak tugas menanti untuk engkau ambil alih<br />
Di mana tak akan mampu engkau memikulnya seorang diri<br />
Engkau butuh penghibur yang akan senantiasa menguatkan hatimu ketika dirundung kesenduan<br />
Engkau butuh pendukung yang membuatmu betah berjalan tegak di setiap tugas risalah yang kau tanggung<br />
Wahai temanku yang masih sendiri,<br />
Segeralah temukan teman hidupmu<br />
penyejuk jiwamu kelak<br />
Carilah dia karena sesungguhnya dia itu telah dekat.<br />
Lebarkan matamu, dan buka mata hatimu<br />
Tajamkan pendengaran, dan simak suara kalbumu<br />
Barangkali sang dia telah berada dekatmu<br />
Hanya engkau mempunyai angan yang terlalu tinggi<br />
Mungkin dia berada persis di hadapanmu<br />
Namun engau tidak mau menerima dia apa adanya<br />
Duhai shobatku yang kesepian<br />
Janganlah engkau sia-siakan perhiasan terindah di dunia itu<br />
Kalau dia belum belum berkilau, tugasmulah tuk mengkilapkannya.<br />
Andai dia belum terlihat elok, tanggung jawabmulah untuk menghiasi dirinya dengan perhiasan ahlak yang mulia<br />
Jika dia belum bersinar terang, ladang amalmu-lah untuk menyempurnakan<br />
cahayanya yang masih tersingkap<br />
Lalu apakah lagi yang engkau tunggu… wahai manusia yang telah diciptakan<br />
Rabb-nya secara sempurna..Thoyo al-atsarihttp://www.blogger.com/profile/16874768367549046423noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4395976324304285445.post-39182448596554714522010-11-08T23:38:00.000-08:002010-11-08T23:38:11.212-08:00Ketika Cinta Berbuah Surga.<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
</style> <![endif]--> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 13.5pt;"><a href="http://anasircerita.blogspot.com/2009/04/ketika-cinta-berbuah-surga.html"><span style="color: blue;"></span></a> </span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Di tanah Kurdistan , ada seorang raja yang adil dan shalih. Dia memiliki seorang anak laki-laki yang tampan,cerdas, dan pemberani. Saat –saat paling menyenangkan bagi sang raja adalah ketika dia mengajari anaknya itu membaca Al`Quran. Sang raja juga menceritakan kepadanya kisah-kisah kepahlawanan para panglina dan tentaranya dimedan pertempuran.Anak raja yang bernama Said itu, sangat gembira mendengar penuturan kisah ayahnya. Sikecil Said akan merasa jengkel jika ditengah-tengah ayahnya bercerita,tiba-tba ada orang yang memutuskannya.<br />
<br />
Terkadang, ketika sedang asyik mendengarkan cerita ayahnya tiba-tiba pengawal masuk dan memberitahukan ada tamu penting yang harus ditemui oleh raja. Sang raja tahu apa yang dirasakan anaknya. Maka, dia memberi nasihat kepada anaknya Said, Anakku, sudah saatnya kamu mencari teman sejati yang setia dalam suka dan duka.<br />
<br />
Seorang teman baik, yang akan membantumu untuk menjadi baik.<br />
Teman sejati yang bisa kau ajak bercinta untuk surga<br />
Said tersentak mendengar perkataan ayahnya.<br />
Apa maksud Ayah dengan teman yang bisa diajak bercinta untuk surga tanyanya dengan nada<br />
penasaran. Dia adalah teman sejati yang benar-benar mau berteman denganmu, bukan karena derajatmu, tatapi karena kemurnian cinta itu sendiri, yang tercipta dari keikhlasan hati.<br />
Dia mencintaimu karena Allah. Dan Dengan dasar itu kau pun bisa mencintainya dengan penuh keikhlasan karena Allah.<br />
<br />
Kekuatan cinta kalian akan melahirkan kekuaan dahsyat ang membawa manfaat dan kebaikan<br />
Kekuatan cinta itu juga akan bersinar dan membawa kalian masuk surga.<br />
Bagaimana cara mencari teman seperti itu, Ayah? tanya Said.<br />
Sang raja menjawab, Kamu harus menguji orang yang hendak kau jadikan teman. Ada sebuah cara menarik untuk menguji mereka.<br />
<br />
Undanglah siapapun yang kau anggap cocok menjadi temanmu untuk makan pagi di sini, di<br />
rumah kita. Jika sudah sampai di sini, ulurlah dan perlamalah waktu penyajian makanan. Biarkan mereka semakin lapar.<br />
<br />
Lihatlah kemudian apa yang mereka perbuat. Saat itu, rebuslah tiga buitr telur. Jika dia tetap bersabar, hidangkanlah tiga telur itu kepadanya.<br />
<br />
Lihatlah, apa yang kemudian mereka perbuat! Itu cara yang paling mudah bagimu. Syukur jika kaubisa mengetahui perilakunya lebih dari itu.<br />
<br />
Said sangat gembira mendengar nasihat ayahnya. Dia pun mempraktekkan cara mencari teman sejati yang cukup aneh itu. Mula-mula ia mengundang anak-anak para pembesar kerajaan satu per satu. Sebagian besar dari mereka marahmarah karena hidangnya tidak keluar-keluar.<br />
Bahkan, ada yang pulang tanpa pamit dengan hati kesal, ada yang memukul-mukul meja, ada yang melontarkan kata-kata tidak terpuji, memaki-maki karena terlalu lama menunggu hidangan.<br />
<br />
Diantara teman anak raja itu, ada seorang bernama Adil. Dia anak seorang menteri. Said melihat sepertinya Adil anak yang baik hati dan setia. Maka dia ingin mengujinya.<br />
<br />
Diundanglah Adil untuk makan pagi. Adil memang menunggu keluarnya hidangan dengan setia.<br />
Setelah dirasa cukup, Said mengeluarkan sebuah piring berisi tiga telur rebus.<br />
<br />
Melihat itu, Adil berkata keras, Hanya ini sarapan kita? Ini tidak cukup mengisi perutku!<br />
Adil tidak mau menyentuh telur itu. Dia pergi begitu saja meniggalkan Said sendirian. Said diam. Dia tidak perlu meminta maaf kepada Adil karena meremehkan makanan yang telah dia rebus<br />
dengan kedua tangannya. Dia mengerti bahwa Adil tidak lapang dada dan tidak cocok untuk menjadi teman sejati.<br />
<br />
Hari berikutnya, dia mengundang anak seorang saudagar terkaya. Tentu saja anak saudagar itu sangat senang mendapat undangan makan pagi dari anak raja. Malam harinya, sengaja ia tidak makan dan melaparkan perutnya agar paginya bisa makan sebanyak mungkin.<br />
<br />
Dia membayangkan makanan anak raja pasti enak dan lezat.<br />
Pagi-pagi sekali, anak saudagar kaya itu telah datang menemui Said. Seperti anak-anak sebelumnya, dia menunggu waktu yang lama sampai makanan keluar.<br />
Akhirnya, Said membawa piring dengan tiga telur rebus di atasnya.<br />
Ini makanannya, saya ke dalam dulu mengambil air minum. Kata Said seraya meletakkan piring diatas meja.<br />
<br />
Lalu, Said masuk kedalam. Tanpa menunggu lagi, anak saudagar itu langsung malahap satu persatu telur itu. Tidak lama kemudian, Said keluar membawa dua gelas air putih.<br />
Dia melihat ke arah meja ternyata tiga telur itu telah lenyap.<br />
Ia kaget.<br />
Mana telurnya? tanya Said pada anak saudagar.<br />
Telah aku makan.<br />
Semuanya?<br />
Ya, habis aku lapar sekali.;<br />
Melihat hal itu Said langsung tahu bahwa anak saudagar itu juga tidak bisa dijadikan teman setia. Dia tidak setia. Tidak bisa merasakan suka dan duka bersama. Sesungguhnya, Said juga belum<br />
makan apa-apa.<br />
<br />
Said merasa jengkel kapada anak-anak di sekitar istana. Mereka semua mementingkan diri sendiri. Tidak setia kawan.<br />
<br />
Tidak bisa merasakan suka dan duka bersama. Akhirnya, Said meminta izin kepada ayahnya untuk pergi mencari teman sejati.<br />
<br />
****<br />
Akhirnya, Said berpikir untuk mencari teman di luar istana. Kemudian, mulailah Said berpetualang melewati hutan, ladang, sawah, dan kampung-kampung untuk mencari seorang teman yang baik.<br />
<br />
Sampai akhirnya, di suatu hari yang cerah, dia bertemu dengan anak seorang pencari kayu yang berpakaian sederhana.<br />
<br />
Anak itu sedang memanggul kayu bakar. Said mengikutinya diam-diam sampai anak itu tiba di gubuknya. Rumah dan pakaian anak itu menunjukkan bahwa dia sangat miskin.<br />
Namun, wajah dan sinar matanya memancarkan tanda kecerdasan dan kebaikan hati.<br />
Anak itu mengambil air wudhu, lalu shalat dua rakaat. Said memerhatikannya dari balik rumpun p<br />
pepohonan.<br />
Selesai salat, Said datang dan menyapa,<br />
Kawan, kenalkan namaku Said. Kalau boleh tahu, namamu siapa? Kau tadi shalat apa?<br />
Namaku Abdullah. Tadi itu shalat dhuha.<br />
Lalu, Said meminta anak itu agar bersedia bermain dengannya dan menjadi temannya.<br />
Namun, Abdullah menjawab, Kukira kita tidak cocok menjadi teman. Kau anak orang kaya, malah mungkin anak bangsawan. Sedangkan aku, anak miskin.<br />
<br />
Anak seorang pencari kayu baker Said menyahut,<br />
Tidak baik kau mengatakan begitu. Mengapa kau membeda-bedakan orang? Kita semua adalah<br />
hamba Allah. Semuanya sama, hanya takwa yang membuat orang mulia di sisi Allah. Apa aku kelihatan seperti anak yang jahat sehingga kau tidak mau berteman denganku?<br />
Kau nanti bisa menilai, apakah aku cocok atau tidak menjadi temanmu.<br />
<br />
Baiklah kalau begitu, kita berteman. Akan tetapi, dengan syarat hak dan kewajiban kita sama, sebagai teman yang seia-sekata.<br />
<br />
Said menyepakati syarat yag diajukkan oleh anak pencari kayu itu. Sejak hari itu, mereka bermain bersama; pergi ke hutan bersama ,memancing bersama, dan berburu kelinci bersama.<br />
Anak tukang kayu itu mengajarinya berenang di sungai, menggunakan panah dan memanjat pohon di hutan.<br />
<br />
Said sangat gembira sekali berteman dengan anak yang cerdas, rendah hati, lapang dada dan setia.<br />
<br />
Akhirnya, dia kembali ke istana dengan hati gembira.<br />
Hari berikutnya, anak raja itu berjumpa lagi dengan teman barunya. Anak pencari kayu itu langsung mengajaknya makan di gubuknya. Dalam hati, Said merasa kalah, sebab sebelum dia mengundang makan, dia telah diundang makan.<br />
<br />
Di dalam gubuk itu, mereka makan seadanya, sepotong roti, garam, dan air putih. Namun, Said makan dengan sangat lahap. Ingin sekali rasanya dia minta tambah kalau tidak mengingat, siapa tahu anak pencari kayu ini sedang mengujinya. Oleh karena itu, Said merasa cukup dengan apa yang diberikan kepadanya.<br />
<br />
Selesai makan, Said mengucapkan hamdalah dan tersenyum. Setelah itu, mereka kembali bermain. Said banyak menemukan hal-hal baru di hutan, yang tidak dia dapatkan di dalam istana.<br />
Oleh temannya itu dia diajari untuk mengenali dan membedakan jenis dedaunan dan buah-buahan di hutan antara daun dan buah yang bisa dimakan , yang bisa dijadikan obat, serta yang beracun.<br />
<br />
Dengan mengenal jenis buah dan dedaunan di hutan secara baik, kita tidak akan repot jika suatu kali tersesat.<br />
Persediaan makanan ada di sekitar kita. Inilah keagungan Allah! kata anak pencari kayu.<br />
Seketika itu, Said tahu bahwa ilmu tidak hanya dia dapat dari madrasah seperti yang ada di ibukota kerajaan ilmu ada di mana-mana. Bahkan, di hutan sekalipun. Hari itu, Said banyak mendapatkan pengalaman berharga.<br />
<br />
Ketika matahari sudah condong ke Barat, Said berpamitan kepada sahabatnya itu untuk pulang. Tidak lupa, Said mengundangnya makan di rumahnya besok pagi. Lalu, dia memberikan secarik kertas pada temannya itu.<br />
<br />
Pergilah ke ibu kota , berikan kertas ini kepada tentara yang kau temui di sana . Dia akan mengantarkanmu ke rumahku kata Said sambil tersenyum.<br />
Insya Alloh aku akan datang.” Jawab anak pencari kayu itu.<br />
<br />
*****<br />
Pagi harinya, anak pencari kayu sampai juga di istana. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Said adalah anak raja.<br />
Mulanya, dia ragu untuk masuk istana. Akan tetapi, jika mengingat kebaikan dan kerendahan hati Said selama ini, dia berani masuk juga.<br />
<br />
Said menyambutnya dengan hangat dan senyum gembira. Seperti anak-anak sebelumnya yang telah hadir di ruang makan itu. Said pun menguji temannya ini.<br />
Dia membiarkannya menunggu lama sekali. Namun, anak pencari kayu itu<br />
sudah terbiasa lapar. Bahkan, dia pernah tidak makan selama tiga hari. Atau, terkadang makan daun-daun mentah saja.<br />
Dia hanya berpikir, seandainya semua anak bangsawan bisa sebaik anak raja ini, tentu dunia akan tentram.<br />
Selama ini, dia mendengar bahwa anak-anak pembesar kerajaan senang hura-hura. Namun, dia menemukan seorang anak raja yang santun dan shalih.<br />
<br />
Akhirnya, tiga butir telur masak pun dihidangkan. Said mempersilahkan temannya untuk memulai makan. Anak pencari kayu bakar itu mengambil satu.<br />
Lalu, dia mengupas kulitnya pelan-pelan. Sementara Said mengupas dengan cepat dan<br />
menyantapnya. Lalu dengan sengaja Said mengambil yang ketiga, mengupasnya dengan cepat dan melahapnya.<br />
Temannya selesai mengupas telur. Said ingin melihat apa yang akan dilakukan temannya dengan sebitur telur itu,<br />
apakah akan dimakannya sendiri atau dibagi ?<br />
Anak miskin itu mengambil pisau yang ada di dekat situ. Lalu, dia membelah telur itu jadi dua. Yang satu dia pegang dan yang satunya lagi, dia berikan kepada Said.<br />
Tidak ayal lagi, Said menangis terharu.<br />
Lalu Said pun memeluk anak pencari kayu bakar itu erat-erat seraya berkata. Engkau teman sejatiku! Engkau teman sejatiku! Engkau temanku masuk surga.<br />
Sejak itu, keduanya berteman dan bersahabat dengan sangat akrab. Persahabatan meraka melebihi saudara kandung.<br />
Mereka saling mencintai dan saling menghormati karena Alloh swt.<br />
Karena kekuatan cinta itu mereka bahkan sempat bertahun-tahun mengembara bersama untuk belajar dan berguru<br />
<br />
kepada para ulama yang tersebar di Turki, di Syiria, di Irak, di Mesir dan di Yaman.<br />
Setelah berganti bulan dan tahun, akhirnya keduanya tumbuh dewasa. Raja yang adil, ayah Said meninggal dunia.<br />
<br />
Akhirnya, Said diangkat menjadi raja untuk menggantikan ayahnya. Menteri yang pertama kali dia pilih adalah Abdullah, anak pencari kayu itu. Abdullah pun benar-benar menjadi teman seperjuangan dan penasihat raja yang tiada duanya.<br />
<br />
Meskipun telah menjadi raja dan menteri, keduanya masih sering malakukan shalat tahajud dan membaca Al-Quran bersama. Kecerdasaan dan kematangan jiwa keduanya mampu membawa kerajaan itu maju, makmur, dan jaya. <br />
<br />
<i>baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur…</i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Sumber: cerpen islami karya Habiburrahman El-Shirazy.</span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac>Thoyo al-atsarihttp://www.blogger.com/profile/16874768367549046423noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4395976324304285445.post-89185978309359198712010-11-06T23:52:00.000-07:002010-11-06T23:52:10.449-07:00Putri Qu...<div class="mbl notesBlogText clearfix"><div>Assalamualikum,,<br />
Putriku. adekku.saudariku.,<br />
Andai engkau masih remaja,jadilah anak yang solehah buat kedua orang tuamu,andai engkau sudah bersuami,jadilah isteri yang meringankan beban suamimu,andai engkau dah menjadi seorang ibu,didiklah anakmu sehingga dia tidak gentar memperjuangkan agama Allah...<br />
Putriku,<br />
Andai engkau belum menikah,jangan kau risaukan jodohmu,ingatlah janji Alloh pada kita,wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik...<br />
Andai ditakdirkan tiada cinta daripada pria untukmu,cukuplah hanya cinta Allah memenuhi dan menyinari kekosongan jiwamu,biarlah hanya cinta daripada kedua ibu bapamu yang memberi hangat kebahagiaan buat dirimu,cukuplah sekadar cinta adik-beradik serta keluarga yang membahagiakan dirimu...<br />
Putriku sayang,,,<br />
Cintailah Allah di kala susah dan senang kerana kau akan memperolehi cinta daripada insan yang juga menyintai Allah...Cintailah kedua ibu bapamu kerana kau akan memperoleh keridhaan Allah...Cintailah keluargamu kerana kau tak akan bertemu cinta yang bahagia selain dari cinta keluarga...Janganlah sesekali tangan yang menggoncang dunia juga yang menggoncang iman lelaki...<br />
Ingatlah wahai putriku dan juga diriku...bukan cinta insani yang perlu...didamba...sebaliknya...cinta Ilahi lah penyuluh hidupmu...<br />
Cintakan bunga layu, hancur dan musnah...Cintakan manusia, manusia akan mati...Cintakan Alloh kekal buat selama-lamanya!!Ingat itu putriku sayang............!!</div></div>Thoyo al-atsarihttp://www.blogger.com/profile/16874768367549046423noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4395976324304285445.post-69466746184806223062010-11-06T23:46:00.000-07:002010-11-06T23:46:53.689-07:00wanita Bagaikan Sekuntum Bunga<strong>Cantik indah pada pandangan mata hanyalah semantara.</strong><strong>yang kekal menjadi pujaan manusia hanyalah wanita yang mulia akhlaknya,</strong><strong>karna akhlak itu ibarat bunga diri,</strong><strong>tak ada gunanya berwajah cantik kalau akhlaknya buruk,</strong><strong>tak ada gunanya juga berwajah cantik kalau hatinya kosong dari ilmu,</strong><br />
<strong>Ibarat bunga yang cantik di pandang tetapi busuk baunya,</strong><strong>ada pula yang kurang menarik dan baunya juga kurang menyenangkan,</strong><strong>ada juga bunga yang tidak menarik pada pandangan mata kasar,..Akan tetapi biladi halusi dengan mata hati. ternyata amatlah tinggi nilainya,,</strong><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-ohJqKdrBRBXbFs94fw1pFtDoFCiGxHeGJUcSEdmouZWJIyOcY1KF9M5yZ_LS2UthoCFJRGQpbNripVilmgA85tFUNLi8hfzHjwvVjtPS8VLrAcRfdA0PjekjfNDxVvcEaCpkhdQC8QM/s1600/223461_full-broom1111.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-ohJqKdrBRBXbFs94fw1pFtDoFCiGxHeGJUcSEdmouZWJIyOcY1KF9M5yZ_LS2UthoCFJRGQpbNripVilmgA85tFUNLi8hfzHjwvVjtPS8VLrAcRfdA0PjekjfNDxVvcEaCpkhdQC8QM/s320/223461_full-broom1111.jpg" width="261" /></a></div><strong>Wanita di ibaratkan bunga" mungkin kerana keindahannya.</strong><br />
<strong>Ada juga yang bilang "hati wanita ibarat kaca" mungkin keranakehalusan perasaannya.</strong><br />
<strong>Ada orang bilang lagi "wanita ibarat mutiara" mungkin keranatinggi nilai maruahnya.</strong><br />
<strong>Ada satu lagi yang orang kadang-kadang lupa, "wanita juga ibarat besiwaja" kerana keimanan, kecekalan dan ketabahannya. lantas kita wanitaseperti apa, dan bagaimana itu semua ada pada diri kita masing2,,Wallohu A'lam,</strong>Thoyo al-atsarihttp://www.blogger.com/profile/16874768367549046423noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4395976324304285445.post-51394236410922675822010-11-06T23:36:00.000-07:002010-11-06T23:36:26.797-07:00Muslimah Cantik bermahkota rasa malu“<em>Muslimah cantik, menjadikan malu sebagai mahkota kemuliaannya…</em>” (SMS dari seorang sahabat)<br />
Membaca SMS di atas, mungkin pada sebagian orang menganggap biasa saja, sekedar sebait kalimat puitis. Namun ketika kita mau untuk merenunginya, sungguh terdapat makna yang begitu dalam. Ketika kita menyadari fitrah kita tercipta sebagai wanita, mahkluk terindah di dunia ini, kemudian Allah mengkaruniakan hidayah pada kita, maka inilah hal yang paling indah dalam hidup wanita. Namun sayang, banyak sebagian dari kita—kaum wanita—yang tidak menyadari betapa berharganya dirinya. Sehingga banyak dari kaum wanita merendahkan dirinya dengan menanggalkan rasa malu, sementara Allah telah menjadikan rasa malu sebagai mahkota kemuliaannya.<br />
Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda,<br />
إنَّ لِكُلِّ دِينٍ خُلُقًا ، وَإنَّ خُلُقَ الإسْلاَمِ الحَيَاء<br />
<em>“Sesungguhnya setiap agama itu memiliki akhlak dan akhlak Islam itu adalah rasa malu.”</em> (HR. Ibnu Majah no. 4181. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)<br />
Sabda Rasul <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> yang lain,<br />
الحَيَاءُ وَالإيمَانُ قُرِنَا جَمِيعًا ، فَإنْ رُفِعَ أحَدُهُمَا رُفِعَ الآخَر<br />
<em>“Malu dan iman itu bergandengan bersama, bila salah satunya di angkat maka yang lainpun akan terangkat.”</em>(HR. Al Hakim dalam Mustadroknya 1/73. Al Hakim mengatakan sesuai syarat Bukhari Muslim, begitu pula Adz Dzahabi)<br />
Begitu jelas Rasulullah <em>shalallahu ‘alaihi wassalam</em> memberikan teladan pada kita, bahwasanya rasa malu adalah identitas akhlaq Islam. Bahkan rasa malu tak terlepas dari iman dan sebaliknya. Terkhusus bagi seorang muslimah, rasa malu adalah mahkota kemuliaan bagi dirinya. Rasa malu yang ada pada dirinya adalah hal yang membuat dirinya terhormat dan dimuliakan.<br />
Namun sayang, di zaman ini rasa malu pada wanita telah pudar, sehingga hakikat penciptaan wanita—yang seharusnya—menjadi perhiasan dunia dengan keshalihahannya, menjadi tak lagi bermakna. Di zaman ini wanita hanya dijadikan objek kesenangan nafsu. Hal seperti ini karena perilaku wanita itu sendiri yang seringkali berbangga diri dengan mengatasnamakan emansipasi, mereka meninggalkan rasa malu untuk bersaing dengan kaum pria.<br />
Allah telah menetapkan fitrah wanita dan pria dengan perbedaan yang sangat signifikan. Tidak hanya secara fisik, tetapi juga dalam akal dan tingkah laku. Bahkan dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 228 yang artinya; <em>‘Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang sepatutnya’,</em> Allah telah menetapkan hak bagi wanita sebagaimana mestinya. Tidak sekedar kewajiban yang dibebankan, namun hak wanita pun Allah sangat memperhatikan dengan menyesuaikan fitrah wanita itu sendiri. Sehingga ketika para wanita menyadari fitrahnya, maka dia akan paham bahwasanya rasa malu pun itu menjadi hak baginya. Setiap wanita, terlebih seorang muslimah, berhak menyandang rasa malu sebagai mahkota kemuliaannya.<br />
<em>Sayangnya, hanya sedikit wanita yang menyadari hal ini…</em><br />
Di zaman ini justeru banyak wanita yang memilih mendapatkan mahkota ‘kehormatan’ dari ajang kontes-kontes yang mengekspos kecantikan para wanita. Tidak hanya sebatas kecantikan wajah, tapi juga kecantikan tubuh diobral demi sebuah mahkota ‘kehormatan’ yang terbuat dari emas permata. Para wanita berlomba-lomba mengikuti audisi putri-putri kecantikan, dari tingkat lokal sampai tingkat internasional. Hanya demi sebuah mahkota dari emas permata dan gelar ‘Miss Universe’ atau sejenisnya, mereka rela menelanjangi dirinya sekaligus menanggalkan rasa malu sebagai sebaik-baik mahkota di dirinya. Naudzubillah min dzaliik…<br />
Apakah mereka tidak menyadari, kelak di hari tuanya ketika kecantikan fisik sudah memudar, atau bahkan ketika jasad telah menyatu dengan tanah, apakah yang bisa dibanggakan dari kecantikan itu? Ketika telah berada di alam kubur dan bertemu dengan malaikat yang akan bertanya tentang amal ibadah kita selama di dunia dengan penuh rasa malu karena telah menanggalkan mahkota kemuliaan yang hakiki semasa di dunia.<br />
Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda,<br />
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا<br />
“<em>Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian</em>.” (HR. Muslim no. 2128) Di antara makna wanita yang berpakaian tetapi telanjang adalah wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya telanjang. (Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 17/191)<br />
Dalam sebuah kisah, ‘Aisyah <em>radhiyyallahu ‘anha</em> pernah didatangi wanita-wanita dari Bani Tamim dengan pakaian tipis, kemudian beliau berkata,<br />
إن كنتن مؤمنات فليس هذا بلباس المؤمنات وإن كنتن غير مؤمنات فتمتعينه<br />
<em>“Jika kalian wanita-wanita beriman, maka (ketahuilah) bahwa ini bukanlah pakaian wanita-wanita beriman, dan jika kalian bukan wanita beriman, maka silahkan nikmati pakaian itu.”</em> (disebutkan dalam <em>Ghoyatul Marom</em> (198). Syaikh Al Albani mengatakan, “Aku belum meneliti ulang sanadnya”)<br />
Betapa pun Allah ketika menetapkan hijab yang sempurna bagi kaum wanita, itu adalah sebuah penjagaan tersendiri dari Allah kepada kita—kaum wanita—terhadap mahkota yang ada pada diri kita. Namun kenapa ketika Allah sendiri telah memberikan perlindungan kepada kita, justeru kita sendiri yang berlepas diri dari penjagaan itu sehingga mahkota kemuliaan kita pun hilang di telan zaman?<br />
فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ<br />
“<em>Nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan?</em>” (QS. Ar Rahman: 13)<br />
<em>Wahai, muslimah…</em><br />
Peliharalah rasa malu itu pada diri kita, sebagai sebaik-baik perhiasan kita sebagai wanita yang mulia dan dimuliakan. Sungguh, rasa malu itu lebih berharga jika kau bandingkan dengan mahkota yang terbuat dari emas permata, namun untuk mendapatkan (mahkota emas permata itu), kau harus menelanjangi dirimu di depan public.<br />
<em>Wahai saudariku muslimah…</em><br />
<em>Kembalilah ke jalan Rabb-mu dengan sepenuh kemuliaan, dengan rasa malu dikarenakan keimananmu pada Rabb-mu…</em><br />
Jogja, Jumadil Ula 1431 H Penulis: Ummu Hasan ‘Abdillah Muroja’ah: Ust. Muhammad Abduh Tuasikal<br />
Referensi: <em>Yaa Binti</em>; Ali Ath-Thanthawi <em>Al Hijab</em>; I’dad Darul QasimThoyo al-atsarihttp://www.blogger.com/profile/16874768367549046423noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4395976324304285445.post-67221435646587012712010-11-06T23:14:00.000-07:002010-11-06T23:14:16.726-07:00Rabiatul Adawiyah pencinta ilahi.<strong>Beliau merupakan seorang sufi perempuan yang merupakan imam bagi seluruh sufi yang datang setelahnya, beliaulah yang menaikan tingkat kehidupan zuhud yang diajarkan oleh Hasan Al Basri yaitu takut dan pengharapan kepada zuhud karena cinta baginya cinta yang suci murni itulah yang tinggi kedudukannya dari takut dan pengharapan sebab cinta yang suci tidak mengharapkan sesuatu.<br />
<br />
Imam Sya'rani pernah mengatakan bahwa sejadah tempat sujudnya senantiasa dibasahi airmata beliau. ini karena beliau terlalu cintakan Allah SWT.<br />
syair-syair cinta kepada Allah begitu indah melantun diantaranya sbb:<br />
<br />
<span style="color: orange;">" Tuhanku, apa-apa saja yang hendak kau berikan kepadaku di dunia ini <br />
maka berikanlah kepada musuh-musuh MU. <br />
Serta apa-apa saja yang hendak kau berikan kepada ku di akhirat kelak, <br />
maka berikanlah kepada sahabat-sahabat-Mu. <br />
Sebab engkau saja cukuplah bagiku "</span><br style="color: blue;" /><br />
Antara keistimewaan yang Allah berikan kepada beliau,<br />
suatu saat beliau pergi menemui Syaiban Ar Ra'ie, beliau berkata kepadanya : "Aku ingin menunaikan haji ."lalu syaiban mengeluarkan emas dari kantongnya untuk perbelanjaan beliau ke Mekah. Kemudian Rabi'atul Adawiyah menegadahkan tangannya kelangit.Tiba-tiba dalam genggamannya dipenuhi dengan emas dan beliaupun berkata:" engkau mengambil dari kantongmu tetapi aku mengambil dari ghaib".<br />
<br />
Beliau tidak pernah menikah tetapi seluruh kehidupannya dipergunakan untk berzikir,tilawah dan wirid.</strong><div class="signature_div"><br />
</div>Thoyo al-atsarihttp://www.blogger.com/profile/16874768367549046423noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4395976324304285445.post-84342865419006537392010-11-06T23:11:00.000-07:002010-11-06T23:11:47.688-07:00Mahabbah Robiatul Adawiyah<div>Cinta tidak pernah meminta, ia sentiasa memberi, cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah berdendam, tak pernah membalas dendam. Di mana ada cinta di situ ada kehidupan; manakala kebencian membawa kepada kemusnahan.</div><div> </div><div>Tuhan memberi kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan sekeping hati pada kita? Karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk kita mencarinya. Itulah namanya Cinta.</div><div> </div><div>Ada 2 titis air mata mengalir di sebuah sungai. Satu titis air mata tu menyapa air mata yg satu lagi,” Saya air mata seorang gadis yang mencintai seorang lelaki tetapi telah kehilangannya. Siapa kamu pula?”. Jawab titis air mata kedua tu,” Saya air mata seorang lelaki yang menyesal membiarkan seorang gadis yang mencintai saya berlalu begitu sahaja.”</div><div> </div><div>Cinta sejati adalah ketika dia mencintai orang lain, dan kamu masih mampu tersenyum, sambil berkata: aku turut bahagia untukmu.</div><div> </div><div>Jika kita mencintai seseorang, kita akan sentiasa mendoakannya walaupun dia tidak berada disisi kita.</div><div> </div><div>Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba. Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup. Jangan sesekali mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya.</div><div> </div><div>Perasaan cinta itu dimulai dari mata, sedangkan rasa suka dimulai dari telinga. Jadi jika kamu mahu berhenti menyukai seseorang, cukup dengan menutup telinga. Tapi apabila kamu Coba menutup matamu dari orang yang kamu cintai, cinta itu berubah menjadi titisan air mata dan terus tinggal dihatimu dalam jarak waktu yang cukup lama.</div><div> </div><div>Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan walaupun mereka telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati. Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan.</div><div> </div><div>Jangan simpan kata-kata cinta pada orang yang tersayang sehingga dia meninggal dunia , lantaran akhirnya kamu terpaksa catatkan kata-kata cinta itu pada pusaranya . Sebaliknya ucapkan kata-kata cinta yang tersimpan dibenakmu itu sekarang selagi ada hayatnya.</div><div> </div><div>Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dan bercinta dengan orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterima kasih atas kurniaan itu.</div><div> </div><div>Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat -Hamka</div><div> </div><div>Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat.</div><div> </div><div>Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan kamu tidak pernah memiliki keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya.</div><div> </div><div>Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu. Hanya untuk menemukan bahawa pada akhirnya menjadi tidak bererti dan kamu harus membiarkannya pergi.</div><div> </div><div>Kamu tahu bahwa kamu sangat merindukan seseorang, ketika kamu memikirkannya hatimu hancur berkeping.</div><div>Dan hanya dengan mendengar kata “Hai” darinya, dapat menyatukan kembali kepingan hati tersebut.</div><div> </div><div>Tuhan ciptakan 100 bahagian kasih sayang. 99 disimpan disisinya dan hanya 1 bahagian diturunkan ke dunia. Dengan kasih sayang yang satu bahagian itulah, makhluk saling berkasih sayang sehingga kuda mengangkat kakinya kerana takut anaknya terpijak.</div><div> </div><div>Kadangkala kamu tidak menghargai orang yang mencintai kamu sepenuh hati, sehinggalah kamu kehilangannya. Pada saat itu, tiada guna sesalan karena perginya tanpa berpatah lagi.</div><div> </div><div>Jangan mencintai seseorang seperti bunga, kerana bunga mati kala musim berganti. Cintailah mereka seperti sungai, kerana sungai mengalir selamanya.</div><div> </div><div>Cinta mampu melunakkan besi, menghancurkan batu, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dasyatnya cinta !</div><div> </div><div>Permulaan cinta adalah membiarkan orang yang kamu cintai menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kamu inginkan. Jika tidak, kamu hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kamu temukan di dalam dirinya.</div><div> </div><div>Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setitis embun yang turun dari langit,bersih dan suci. Cuma tanahnyalah yang berlain-lainan menerimanya. Jika ia jatuh ke tanah yang tandus,tumbuhlah oleh kerana embun itu kedurjanaan, kedustaan, penipu, langkah serong dan lain-lain perkara yang tercela. Tetapi jika ia jatuh kepada tanah yang subur,di sana akan tumbuh kesuciaan hati, keikhlasan, setia budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai yang terpuji.~ Hamka</div><div> </div><div>Kata-kata cinta yang lahir hanya sekadar di bibir dan bukannya di hati mampu melumatkan seluruh jiwa raga, manakala kata-kata cinta yang lahir dari hati yang ikhlas mampu untuk mengubati segala luka di hati orang yang mendengarnya.</div><div> </div><div>Kamu tidak pernah tahu bila kamu akan jatuh cinta. namun apabila sampai saatnya itu, raihlah dengan kedua tanganmu,dan jangan biarkan dia pergi dengan sejuta rasa tanda tanya dihatinya</div><div> </div><div>Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan dari mulut ke mulut tetapi cinta adalah anugerah Tuhan yang indah dan suci jika manusia dapat menilai kesuciannya.</div><div> </div><div>Bukan laut namanya jika airnya tidak berombak. Bukan cinta namanya jika perasaan tidak pernah terluka. Bukan kekasih namanya jika hatinya tidak pernah merindu dan cemburu.</div><div> </div><div>Bercinta memang mudah. Untuk dicintai juga memang mudah. Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai itulah yang sukar diperoleh.</div><div> </div><div>Satu-satunya cara agar kita memperolehi kasih sayang, ialah jangan menuntut agar kita dicintai, tetapi mulailah memberi kasih sayang kepada orang lain tanpa mengharapkan balasan.</div>Thoyo al-atsarihttp://www.blogger.com/profile/16874768367549046423noreply@blogger.com0